Tangkapan Layar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam Rilis Indeks Harga Konsumen November 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (01/12/2022). (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2022 menurun secara tahunan dari 5,71 (year-on-year/yoy) menjadi 5,42 persen (yoy). Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam Rilis Indeks Harga Konsumen November 2022, Kamis (1/12), mengatakan, pelemahan inflasi secara tahunan terjadi di 90 kabupaten/kota IHK.

“Melemahnya tekanan inflasi komponen harga pangan bergejolak atau volatile food meredam kenaikan inflasi tahunan kita,” ujar Setianto dikutip dari Kantor Berita Antara.

Komponen harga pangan bergejolak mencatat inflasi sebesar 5,7 persen (yoy) pada November 2022 atau lebih rendah dibandingkan Oktober 2022 yang sebesar 7,19 persen (yoy), yang disebabkan oleh penurunan harga beberapa komoditas pangan. Adapun inflasi komponen ini memiliki andil 0,95 persen terhadap inflasi IHK.

Baca juga:  Terjadi Tren Kenaikan Kasus COVID-19, Presiden Minta Kurangi Mobilitas dan Tak Keluar Negeri

Tak hanya komponen harga pangan bergejolak, perlambatan juga terjadi pada komponen harga barang diatur pemerintah alias administered price dari 13,28 persen (yoy) menjadi 13,01 persen (yoy). Komponen ini memberi andil inflasi IHK sebesar 2,3 persen.

Ia membeberkan pendorong inflasi harga diatur pemerintah adalah kenaikan harga bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan dalam kota, serta tarif angkutan udara dalam setahun terakhir.

Sementara itu, tekanan inflasi komponen inti terlihat masih terkendali yaitu di level 3,3 persen (yoy), dari bulan sebelumnya 3,31 persen (yoy). Inflasi inti memberi andil sebesar 2,17 persen.

Baca juga:  Bali Harus Memiliki BUMD Pangan

Dengan demikian secara keseluruhan, penyumbang inflasi IHK secara tahunan pada November 2022 adalah komoditas bensin, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, rokok, beras, telur ayam ras, serta tarif angkutan dalam kota.

“Jika dikelompokkan, transportasi mengalami inflasi tertinggi secara tahunan yaitu sebesar 15,45 persen (yoy) dengan andil 1,86 persen, yang disusul kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 5,87 persen (yoy) dan andil 1,5 persen,” ucap dia.

Baca juga:  Tanggapi Isu Kelangkaan Elpiji di Jembrana, Pertamina Gelar Pasar Murah

Dilihat dari wilayahnya, Setianto mengungkapkan inflasi tertinggi secara tahunan terjadi di Tanjung Selor, Kalimantan Utara yaitu 9,2 persen (yoy), yang disebabkan tarif angkutan udara dengan andil 2,07 persen, bensin 1,27 persen, bahan bakar rumah tangga 0,87 persen, serta cabai rawit 0,37 persen.

Di sisi lain, inflasi terendah tercatat berada di Kota Ternate, Maluku Utara yaitu sebesar 3,26 persen yang disumbang kenaikan tarif angkutan udara dengan andil 1,21 persen, bensin 0,66 persen, bawang merah 0,39 persen, dan bahan bakar rumah tangga 0,21 persen. (Kmb/Balipost)

BAGIKAN