Tim gabungan saat melakukan penelusuran di DAS Biluk Poh yang terjadi banjir bandang. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Tim gabungan dari Kehutanan, KPH Bali Barat, Polda Bali dan warga telah melakukan penelusuran sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Biluk Poh. Tim ini mencari penyebab timbulnya banjir bandang yang menyebabkan sejumlah rumah warga rusak dan material kayu memenuhi jembatan pada Senin (17/10) sehingga melumpuhkan jalur Denpasar-Gilimanuk via Mendoyo.

Hasil sementara penyebab dari banjir ini adalah longsor di kawasan hutan inti, juga banyak pohon di sepanjang aliran sungai tersapu banjir. Sehingga banyak batang kayu, termasuk kayu besar yang terseret arus banjir.

Baca juga:  Dugaan Keracunan saat Porcam, Hasil Sampel Negatif

Kepala Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Bali Barat, Agus Sugianto, Kamis (27/10), mengatakan di sepanjang DAS di luar kawasan hutan banyak pohon tumbang dan masih di lokasi. Sedangkan di kawasan hutan inti, terdapat beberapa titik longsor yang mengarah ke sepanjang DAS.

“Itu hasil secara kasar, dan itu sudah kami kirimkan ke KLHK. Saat ini juga secara bergiliran kami menegaskan kepada kelompok yang mendapat hak pengelolaan hutan mengikuti kesepakatan yang dilakukan sebelumnya,” kata Agus seusai melakukan pertemuan dengan kelompok di Berangbang, Negara.

Baca juga:  Direksi dan Staf BPR PADMA "Ngaturang Ayah" di Pura Luhur Batukau

Yang perlu diingat, mendapatkan hak itu tidak mudah dan para anggota kelompok ini secara tidak langsung sebagai kader-kader relawan pelestarian hutan. Ikut menjaga kelestarian hutan di kawasan inti dan mengelola zona pemanfaatan sesuai dengan petunjuk teknis tanaman yang diperbolehkan.

Kelompok-kelompok pengelola hutan ini juga sebagai agen atau relawan menjaga hutan lestari dan solusi pendekatan menghentikan perambahan dan ilegal logging. Di luar itu (perambahan dan ilegal logging), juga yang harus menjadi perhatian bersama adalah penertiban pipa-pipa air liar hingga ke kawasan hutan.

Baca juga:  Dibekuk, Tiga Pelaku Upal Asal Jember

Dari pengecekan di sejumlah DAS, ada banyak pipa terjulur dari dalam hutan entah untuk keperluan apa. “Ini yang menjadi perhatian juga, pengambilan air secara tidak terkendali ini juga sangat berdampak. Di satu DAS saja, ada yang sampai 25 pipa, ini yang harus juga diatur ke depannya,” kata Agus.

Pemanfaatan air dari dalam kawasan tanpa terkendali sangat berdampak besar mempengaruhi kualitas resapan di hulu. Kebutuhan air memang perlu, tetapi menurutnya harus diatur bersama-sama agar tidak liar. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *