Prof. apt.Dr.rer.nat. Drs. I Made Agus Gelgel Wirasuta. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali, Wayan Koster telah mengukuhkan 178 Pengurus Gotra Pengusada Bali Periode 2022-2027 pada 24 September 2022 lalu. Pengukuhan pengurus Gotra Pangusada ini merupakan momen yang sangat penting, bersejarah dan menjadi satu-satunya di Indonesia.

Apalagi pengobatan tradisional ini tidak hanya sudah memiliki payung hukum yang jelas, namun juga memiliki organisasi atau wadah untuk pengembangan pengobatan tradisional ke depannya. Langkah ini diapresiasi oleh Guru Besar Ahli Terapi Alternatif Covid-19, Prof. apt.Dr.rer.nat. Drs. I Made Agus Gelgel Wirasuta, Apt.,M.Si., dan Dr. Jro Made Gede Aryadi Putra, S.Pd.H., M.Pd.H., yang merupakan Praktisi & Akademisi dalam Dialog Merah Putih Bali Era Baru “Pangusadha Bali Dalam Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali” di Warung Coffee 63 Denpasar, Rabu (19/10).

Prof. Gelgel Wirasuta, mengatakan perhatian besar Gubernur Koster khususnya terhadap kesehatan tradisional telah ditunjukkan sejak mencalonkan diri menjadi calon Gubernur Bali melalui visi misi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”. Yaitu, mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional Bali.

Sehingga, pada saat terpilih diterbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 55 Tahun 2019 yang mengatur tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional Bali. Bahkan, Pergub ini satu-satunya di Indonesia yang mengatur pelayanan kesehatan tradisional berbasis etnik/suku. Kemudian dilanjutkan dengan diterbitkan mnta Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Kesehatan.

Baca juga:  Tiga Atlet Selam Bali Berlatih ke Surabaya

Langkah ini, menurut Prof. Gelgel merupakan langkah nyata Gubernur Koster memberikan perhatian dan wadah bagi pelayanan kesehatan tradisional Bali. Sebab, dikatakan sebelumnya pelayanan kesehatan tradisional Bali itu hanya diakui dan digunakan, tetapi tidak mendapatkan tempat yang layak.

Padahal, praktek kesehatan tradisional telah ada sejak zaman Mpu Kuturan dibangun dengan usadha. Sampai saat ini prakteknya masih berjalan, namun tidak  terlembagakan dan terwadahi dengan praktek-praktek organisasi lainnya. Bahkan, seolah-olah terabaikan.

“Pak Wayan Koster melihat ini kekuatan lokal dan terbukti kita punya literatur yang banyak, kita punya lontar yang banyak yang belum tergarap. Itu semakin muncul ketika pandemi Covid-19 melanda. Dimana, dimenasi kesehatan menurut usadha yaitu keseimbangan antara atma, jiwa, dan lingkungan, yang sering dikenal dengan Tri Hita Karana atau dimensi harmoni antara hubungan manusia dengan manusianya, manusia dengan lingkungannya, dan manusia dengan tuhannya,” kata Prof. Gelgel Wirasuta.

Apabila dimensi ini tidak seimbang, lanjut Prof. Gelgel akan muncul masalah. Dimensi ini belum tergarap di definisi yang dikerjakan oleh WHO atau nasional. Sehingga ada dimensi jiwa atau sosial yang tidak dimasukkan ke dalam definisi kesehatan sebagai penyebab suatu kesehatan.

Baca juga:  Baru Sehari Dinyatakan Positif, 4 Pasien di Buleleng Kembali Terima Hasil Tes

Namun, bagi masyarakat Bali melihat COVID-19 tidak serta merta sebagai suatu bencana. Melainkan suatu peringatan dari Sang Kuasa bahwa kita disuruh berhenti sejenak untuk memikirkan ketidakseimbangan manusia dan alam. Sehingga bisa menginstropeksi diri. “Disinilah bedanya pemahaman dari kesehatan tradisional Bali yang sekarang digali di dunia internasional yang disebut dengan nama wellness (kualitas hidup yang lebih baik, red),” ujarnya.

Dengan konsep wellnes ini, dikatakan bahwa Bali mempunyai peluang untuk mengembangkan konsep wellnes baru berbasis pada usadha. Bahkan, ini memberikan pangsa pasar baru di dunia yang akan menjadi nilai ekonomi bagi Bali.

Sehingga, apa yang disiratkan dalam program Gubernur Koster dengan kekayaan alam usadha yang dimiliki Bali, akan memberikan berkah kepintaran bagi masyarakat Bali untuk menggali nilai-nilai tradisonal yang ada. Terutama dalam hal pengembangan kesehatan tradisional atau usadha Bali.

“Inilah tugas kita sebagai penerus dari para lelangit kita yang terdahulu, bagaimana menggali nilai-nilai itu secara rasional, sehingga kita bisa sebarkan ke seluruh dunia menjadi suatu kekuatan ekonomi baru. Dan itu sudah masuk ke dalam road map Ekonomi Kerthi Bali yang digagas Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster,” tegasnya.

Baca juga:  Longsor Ancam Embung Temukus
Jro Gede Aryadi Putra. (BP/win)

Jro Gede Aryadi Putra, mengatakan Bali tidak hanya memiliki seni yang beragam dan unik, tetapi Bali juga memilki potensi alam, manusia serta budaya warisan tradisi para leluhur yang luar biasa, khususnya dalam hal pengobatan tradisional.

Di Pulau Dewata ini banyak terdapat tumbuh-tumbuhan tradisional yang bisa digunakan sebagai usadha. Tidak hanya itu, Bali juga kaya akan sumber daya manusia yang ahli dan paham akan pengobatan tradisional serta lontar warisan leluhur yang berisi beragam pengobatan tradisional. Sehingga, sudah semestinya pengobatan tradisional diperkuat, dilegalkan dan diwadahi. Sehingga, ke depannya akan dapat semakin berkembang.

Oleh karena itu, apa yang telah diprogramkan oleh Gubernur Koster ini mestinya didukung oleh semua krama Bali. Sebab, dikatakan program Gubernur Koster ini sudah dirancang dengan matang dan pengobatan tradisional ini telah masuk kebeberapa rumah sakit di Bali. Bahkan, semua rumah sakit akan disediakan pelayanan kesehatan tradisional. (Winatha/balipost)

BAGIKAN