Krama Desa Adat Seraya menggelar tradisi Gebug Ende pada Jumat (14/10). (BP/nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Seraya menggelar tradisi Gebug Ende yang dilaksanakan di Pure Bale Agung pada Jumat (14/10). Tradisi Gebug Ende ini dilakukan untuk mengawali musim bercocok tanam.

Bendesa Adat Seraya, I Made Salin, mengungkapkan, Tradisi Gebug Seraya merupakan kegiatan sakral yang
dipercaya oleh tetua Desa Seraya zaman dulu sebagai kegiatan untuk memohon hujan atau nunas sabeh. Sebagai kegiatan sakral, Gebug Seraya dilaksanakan pada Sasih Kapat, tepatnya setelah Upacara Usaba Kapat selesai atau masineb.

Baca juga:  Sinar Api Teramati dari Puncak Kawah Gunung Agung

“Tadi, sebelum kegiatan magebug dilakukan, Prajuru Desa dan Pemangku Desa bersama-sama telah ngaturang Pejati di Pura Bale Agung dan segehan di tempat kegiatan magebug,” ucapnya.

Salin menambahkan, setelah dilaksanakan tradisi ini, krama Desa Adat Seraya tinggal menunggu hujan. Karena ritual Megebug Ende ini menjadi salah satu cara untuk memohon hujan kepada Ida Hyang Widhi Wasa. “Usai ritual megebug ini, dan tidak lama lagi turunlah hujan dan petani bisa menanam jagung,” katanya.

Baca juga:  Selama Periode Pertama, Gubernur Koster-Wagub Cok Ace Raih Puluhan Penghargaan

Ketua Panitia, I Nyoman Miasa, menjelaskan, tradisi ini sangat disakralkan untuk memohon hujan demi kesuburan lahan pertanian warga. Tradisi ini dilaksanakan setelah Usaba Kaja di Pure Puseh Desa Adat Seraya. “Agar memperoleh air itulah krama Desa Seraya melaksanakan kegiatan gebug ini secara turun-temurun hingga turun hujan untuk dapat menanam jagung di ladang,” katanya. (Eka Parananda/balipost)

BAGIKAN