dr. I Made Gede Dwipayana Putra, S.Ked. (BP/Istimewa)

Oleh dr. I Made Gede Dwipayana Putra, S.Ked.

Demam berdarah dengue adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk yang kerap menjadi perantara atau vector terjadinya infeksi dengue ini adalah nyamuk pada genus aedes dengan spesies aegypti maupun albopictus.

Spesies yang lebih sering menjadi perantara virus dengue adalah spesies aegypti (CDC, 2009). Demam berdarah dengue merupakan gejala demam yang disertai dengan tanda kebocoran plasma yang sering juga disebut plasma leakage.

Jadi, demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit yang umum ditemukan pada daerah dengan iklim tropis atau sub tropis yang hangat dan lembab (Marra AR, dkk., 2011). Penyebaran deman berdarah model ini, biasanya terjadi di musim hujan, karena pada musim hujan banyak terjadi genangan air, udaranya lembab dan memungkinkan berbagai

jenis nyamuk berkembang biak dengan cepat. Terkait hal tersebut, masyarakat diharapkan mewaspadai berkembangnya wabah penyakit demam dengue ini, dengan cara menjaga jangan sampai di sekeliling kita terdapat genangan air, penumpukan sampah, dan selalu menjaga kebersihan lingkungan agar nyamuk
tidak mudah berkembang biak yang dapat menjadi perantara atau vector terjadinya infeksi dengue.

Baca juga:  Tabanan Waspada DBD, Tiap Hari Ada Laporan Warga Diduga Terjangkit

Berdasarkan Profil Kesehatan, pada Dinas Kesehatan, Provinsi Bali (2014) dapat diketahui bahwa jumlah kasus terbanyak mengenai penderita demam berdarah dengue adalah di Denpasar, yaitu sebanyak 1.837 kasus, Gianyar sebanyak 1.785 kasus, Badung sebanyak 1.770 kasus, dan Buleleng sebanyak 1.721 kasus (Dinkes Provinsi Bali, 2014).

Gejala pada demam berdarah dengue, yang dirasakan oleh penderitanya, adalah demam mendadak tinggi
selama 2–7 hari diikuti kemerahan pada kulit, nyeri seluruh tubuh, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala lain yang dialami penderita demam ini adalah perdarahan ringan, seperti bintik-bintik merah (petekie), mimisan, dan gusi berdarah. Selain itu, ada pula gejala yang harus diwaspadai oleh seorang penderita demam adalah nyeri perut, muntah secara terus-menerus, linglung, penurunan kesadaran, dan
penurunan produksi kencing (PPK, 2014).

Baca juga:  Naik Berlipat, Kasus DBD Tahun Ini Capai 4.945 Kasus

Tidak ada pengobatan spesifik yang harus diberikan pada kasus demam berdarah dengue ini, dan terapi yang diberikan hanya berdasarkan gejala yang ada pada diri pasien itu sendiri. Namun, yang perlu diwaspadai oleh penderita demam berdarah dengue ini adalah komplikasi gangguan darah, keseimbangan elektrolit, gangguan metabolik, kegagalan multiorgan, bahkan yang lebih mengerikan dari penyakit demam berdarah dengue ini adalah pasien bisa sampai mengalami kematian.

Langkah yang dapat ditempuh untuk menghindari komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit demam berdarah dengue ini adalah langkah pencegahan, yakni dengan pengendalian perantara atau vector yang bisa menyebabkan munculnya penyakit ini, diantaranya, (1) dengan cara pengabutan panas/fogging; (2) kalau di rumah ada kolam yang kosong harus diisi ikan agar bisa menjadi predator/
pemangsa musuh alami, seperti jentik-jentik nyamuk; (3) melakukan 3 M, yaitu menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali; menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain; dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.

Baca juga:  Hingga Pertengahan Februari, Di Gianyar Ditemukan 63 Orang "Suspect" DBD

Selain itu, dapat pula dilakukan cara lainnya, seperti mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang berisi air seminggu sekali; memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak; menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain dengan tanah, dan lain
sebagainya; menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang ada airnya tetapi sulit dibersihkan; memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air; memasang kawat kasa; menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar; mengupayakan
pencahayaan di tempat-tempat yang gelap dan mengupayakan terjadinya sirkulasi udara melalui pembuatan ventilasi ruang yang memadai; menggunakan kelambu; serta memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

Penulis, Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun 2021, tinggal di Denpasar

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *