Arsip - Harga-harga BBM terlihat di Stasiun Chevron di Los Angeles, California, AS, 30 Mei 2022. (BP/Ant)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Juru bicara Kementeri Energi Amerika Serikat Jennifer Granholm mengatakan bahwa pekan depan akan digelar rapat darurat dengan produsen bahan bakar minyak. Hal ini berhubungan dengan ketegangan antara pemerintah AS dan Big Oil (para perusahaan gas dan minyak terbesar di dunia) yang meningkat akibat lonjakan harga BBM di negara itu.

Rencana pertemuan darurat itu muncul ketika Presiden Joe Biden menuntut penjelasan dari para penyuling minyak kenapa tidak memasok lebih banyak BBM di pasaran ketika mereka meraih rezeki nomplok. Biden sedang berada dalam tekanan akibat rekor harga BBM ketika inflasi menjadi masalah utama bagi para pemilih menjelang Pemilu AS pada November.

Rapat darurat itu akan “membahas langkah-langkah yang dapat diambil perusahaan untuk meningkatkan kapasitas penyulingan dan mengurangi harga BBM dalam waktu dekat,” kata juru bicara departemen, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara, Jumat (17/6).

Baca juga:  Biden Berlakukan Pembatasan Perjalanan dari India

Beberapa sumber sebelumnya mengatakan pertemuan itu akan digelar pada 23 Juni. Tetapi departemen belum menetapkan tanggal yang pasti.

Raksasa-raksasa energi meraup untung besar sejak Rusia menginvasi Ukraina, ketika sanksi AS terhadap Rusia menambah tekanan pada pasokan minyak global. Sejak itu, harga minyak mentah menyentuh angka 120 dolar AS per barel dan harga bensin di AS mencapai rekor 5 dolar per galon (Rp74.163 per 3,79 liter).

Biden pada Rabu mengirimkan surat kepada para pemimpin perusahaan, seperti Marathon Petroleum Corp, Valero Energy Corp dan Exxon Mobil Corp, dan mengatakan bahwa dia telah memerintahkan Granholm untuk menggelar pertemuan.

“Seperti ditegaskan presiden dalam suratnya, dia juga bersiap untuk menggunakan semua perangkat dan kewenangan yang wajar, sebagaimana mestinya, untuk membantu meningkatkan kapasitas dan keluaran, dan mengurangi harga bahan bakar,” kata juru bicara departemen.

Baca juga:  Ini, Sejumlah Negara yang Sukses Sulap Puntung Rokok Jadi Produk Bermanfaat

Kelompok-kelompok perdagangan besar dalam industri minyak AS pada Rabu membalasnya dengan surat ke Biden. Mereka mengatakan penyulingan minyak di negara itu sudah 94 persen atau mendekati kapasitas penuh. “Setiap pernyataan bahwa para penyuling AS tidak melakukan tugasnya untuk menciptakan stabilitas di pasar adalah kebohongan,” kata Chet Thompson, ketua Produsen Bahan Bakar dan Petrokimia Amerika.

Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan kepada media bahwa pemerintah ingin mendengarkan gagasan dari kalangan produsen energi. “Mungkin ada cara yang bisa kami lakukan untuk membantu mereka mencapai kapasitas itu,” kata dia.

Komentar Jean-Pierre terdengar lebih lunak ketimbang pernyataan Biden pekan lalu ketika dia mengatakan “Exxon menghasilkan uang lebih banyak daripada Tuhan tahun ini.”

Baca juga:  Tren Transmigrasi Menurun

Gedung Putih, yang khawatir dengan kegusaran masyarakat jelang pemilihan tengah periode 8 November, mencoba meredam inflasi energi dengan melepas cadangan minyak mentahnya.

Mereka juga menghapus regulasi anti asap pada campuran bensin selama musim panas. Pemerintah AS dapat mengambil langkah tambahan untuk menurunkan harga, salah satunya dengan menggunakan Undang-Undang Produksi Pertahanan peninggalan era Perang Dingin untuk mengaktifkan lagi kilang-kilang penyulingan yang menganggur.

Surat Biden ke produsen juga mengatakan Granholm akan berbicara tentang cara mengatasi kenaikan harga minyak dengan Dewan Minyak Bumi Nasional.

Dewan itu merupakan panel swasta dari para pakar energi yang membuat rekomendasi kepada menteri energi dan pejabat eksekutif terkait. (kmb/balipost)

BAGIKAN