Deya Surya Saraswati. (BP/Istimewa)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Pebulu tangkis Bali Made Deya Surya Saraswati memutuskan gantung raket alias pensiun dari bulu tangkis. Terakhir, Deya tampil membela Bali di ajang PON XX Papua 2021, dan menyumbang medali perunggu, di nomor beregu putri.

Sebelumnya, Deya juga mengibarkan bendera Bali di PON Jabar 2016, dan turun di nomor tunggal hingga sampai ke babak 16 besar. Deya pada Rabu (11/5) menyatakan, sebenarnya gantung raket sudah bulat, pasca Porprov Bali XIV di Tabanan 2019. “Akan tetapi, pasca Porprov Bali masih ada agenda event Pra PON dan PON, hingga sekaligus menuntaskannya,” kata pebulu tangkis kelahiran Denpasar, 29 Mei 1998 ini.

Baca juga:  Rai Mantra Balik ke "Habitat"

Sejak 2020 selama masa pandemi, kegiatan Deya mulai fokus menggarap skripsi sekalian mencoba bisnis kue. Alhasil. Deya diwisuda dari Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta, Jurusan Bisnis Manajemen pada 2020, dan bersyukur bisnis kue yang digelutinya berkembang pesat. “Saya yang terjun langsung mulai belanja bahan kue sampai membuat, termasuk pengirimannya ke kafe-kafe tempat kopi, sedangkan pembelian bisa dikirim lewat kurir via ojek online,” putri kedua pasangan I Made Widnya dengan NI Wayan Suryani ini.

Baca juga:  Pasal Melarang Bisnis di UU TNI 2004 Diusulkan Dihapus

Deya sendiri sempat magang di klub PB Pelita Bakrie Jakarta dan bergabung di klub PB Exist Jakarta. Prestasi Deya mulai dari kelompok umur anak-anak juara II ASEAN Primary School di Jakarta (2009) dan SMA juara III tunggal dan juara II beregu, ASEAN School Games kelompok taruna di Filipina, juara 1 Junior Master kelompok remaja, juara II Sirkuit Nasional (Sirnas) di Lombok, juara I Sirnas Bali anak-anak, dua kali juara II Sirnas Remaja di Bali kelompok remaja, dan juara II kejurnas di Bali, kategori dewasa.

Baca juga:  Lipat Gandakan Kebaikan, BNI Tebar Ribuan Bingkisan Ramadan

Kini, Deya fokus menekuni bisnis kue, apalagi pernah kursus. Naluri bisnis Deya memang mengalir deras dari orangtunya yang berbisnis bahan bangunan. “Awalnya, di masa pandemi saya menjaga toko bangunan, tetapi didorong berbisnis kue, akhirnya saya beranikan diri mencobanya,” ucapnya.

Saking asyik berbinis, lapangan bulu tangkis di rumahnya hanya dimanfaatakan adiknya. “Saya tetap berolahraga jogjng, bukan bulu tangkis lagi,” tandasnya. Keputusan pensiun Deya sudah bulat, apalagi untuk kategori dewasa susah menyaingi prestasi pebulu tangkis nasional. (Daniel Fajry/balipost)

BAGIKAN