AMLAPURA, BALIPOST.com – Saat cuti bersama, Bupati Karangasem, I Gede Dana memanfaatkan masa libur tersebut untuk turun langsung melihat kondisi warganya yang ada di sejumlah desa di beberapa kecamatan di Karangasem. Di antaranya dilaksanakan di Kecamatan Bebandem, Kecamatan Kubu, Kecamatan Abang, dan di Kecamatan Selat, Rabu (4/5).
Bahkan, Gede Dana kembali menginap di rumah warga kurang mampu. Menginap di rumah warga, menjadi hal paling menyenangkan.
Kegiatan ini kerap dilaksanakan oleh Bupati asal Desa Datah, Kecamatan Abang, Karangasem tersebut jauh sejak dirinya menjadi anggota dan menjabat Ketua DPRD Karangasem selama hampir 15 tahun. Saat ini, setelah mendapatkan amanah menjadi bupati, ia masih melakukannya.
Mengingat amanah inilah, Gede Dana mencetuskan berbagai program yang menyentuh dan dirasakan langsung oleh masyarakat Bumi Lahar Karangasem, termasuk turun langsung ke tengah masyarakat termasuk meginap di rumah warga kurang mampu. Pada Selasa (3/5) malam usai memaparkan program pembangunan dan menyerap aspirasi masyarakat di Desa Ababi, Bupati menginap di salah satu warga kurang mampu, I Wayan Pasek (70) asal Banjar Dinas Gunaksa, Desa Ababi, Kecamatan Abang, Karangasem.
Bupati Dana sendiri datang ke rumah Wayan Pasek sekitar pukul 19.00 WITA. Sambil menikmati hidangan gayas, bupati juga tampak berbincang dengan Wayan Pasek dan keluarga. Bupati sendiri tidur di salah satu “ampik” yang ada di belakang rumah Wayan Pasek sekitar pukul 22.30 WITA.
Sekitar pukul 05.00 WITA pagi hari, Bupati sudah bangun dan langsung menuju ke dapur untuk membuat air hangat sambil membakar ubi ketela untuk teman ngopi pagi. Usai itu, Bupati juga menyerahkan sembako kepada keluarga Wayan Pasek. “Hari ini, kebetulan cuti bersama sekaligus menyerap aspirasi. Ada tambahan yang didapat, bahwa kondisi sekarang perekonomian bertambah sulit,” ujar Dana.
Ia mengatakan, dengan tambahan aspirasi itu, setidaknya nantinya bisa mengeluarkan program yang bermanfaat bagi masyarakat kurang mampu. Tidak cukup hanya memberikan sembako saja,namun diperlukan program yang bisa merubah kehidupan masyarakat. “Terkait rumah, untuk diberikan bedah rumah tentu harus lahan milik sendiri,tetapi ini lahanya milik orang lain,sehingga nanti kita arahkan untuk mendapat bantuan rehab rumah,” tandasnya.
Untuk diketahui, Wayan Pasek tinggal bersama istri Ni Ketut Rai dan salah seorang anaknya, Nyoman Yasa. Keluarga yang tinggal di lahan milik orang ini, menggantungkan hidup sebagai tukang panjat kelapa.
Pasutri ini lebih banyak tinggal di rumah lantaran faktor usia. “Ada enam orang anak, tetapi hanya satu yang masih tinggal di rumah. Sisanya ada merantau,” sebut Ketut Rai.
Dikatakan Rai, untuk memenuhi kebutuhan hidup, selain dibantu anak-anaknya, juga bergantung pada Nyoman Yasa yang berprofesi sebagai tukang panjat kelapa. Dari hasil menjadi tukang panjat kelapa, hanya bisa untuk bertahan hidup karena tidak tentu ada orang yang mencari tukang panjat. “Kadang seminggu dua kali, setiap kali bisa sampai 35 pohon dengan upah Rp 6.000 per pohon,” kesahnya.
Terkait kedatangan Bupati I Gede Dana yang menginap di rumahnya, Pasek mengaku cukup terkejut lantaran Bupati datangnya tiba-tiba. “Tumben pejabat (bupati) mau menginap di rumah seperti ini. Terima kasih pak bupati sudah mau menginap di rumah ini,” imbuhnya. (Adv/balipost)