Prof. Dr. Wayan "Kun" Adnyana. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com –  Keputusan Gubernur Bali, Wayan Koster, yang memberikan para yowana di Bali untuk mengarak ogoh-ogoh pada malam pangerupukan pada rabu (2/3) mendatang, mendapat apresiasi dan dinilai sudah sangat bijak. Langkah yang diambil Gubernur Bali dinilai sangat tepat, terlebih selama dua tahun kegiatan kreativitas generasi muda di Bali ini sudah tidak jalan.

Hal tersebut disampaikan akademisi yang kini menjabat Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Prof. Dr. Wayan “Kun” Adnyana dan Bendesa Adat Intaran, I Gusti Agung Alit Kencana, Kamis (17/2).

Prof. Kun Adnyana, menilai kebijakan izin pembuatan ogoh-ogoh oleh krama desa adat, terutama yowana dengan penyesuaian kegiatan nyomya ogoh-ogoh saat Pangrupukan Nyepi dengan kapasitas 25 orang, tentu merupakan keputusan sangat bijak. Apalagi, kebijakan ini juga telah disetujui Bandesa Agung Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali. Terlebih juga disiapkan apresiasi berupa hadiah dengan kisaran total Rp1,9 miliar oleh Gubernur Bali, melalui mekanisme lomba di wilayah Kabupaten/Kota hingga tingkat kecamatan se-Bali. Kebijakan Gubernur ini sangat baik, karena menimbang berbagai hal penting.

Baca juga:  Padi Rebah, Petani Resah 

“Kreasi Ogoh-ogoh telah menjadi tradisi yowana dalam memaknai hari suci Pangrupukan, serangkaian upacara butha yadnya tawur (pacaruan) kasanga-sehari menjelang Nyepi. Tradisi Ogoh-ogoh harus diakui telah melahirkan kreasi-kreasi menarik dan sering kali baru dalam rancang artistik dan estetika ogoh-ogoh. Sehingga menjadi beralasan Yowana Bali sangat menaruh harapan agar Gubernur Bali tetap memberi dukungan bagi mereka untuk tetap dapat berkreasi membuat ogoh-ogoh. Sekali lagi, kebijakan yang diambil Gubernur Bali sangat solutif, tetap memberi peluang Yowana untuk turut serta memaknai hari suci pangrupukan, dengan kreasi Ogoh-ogoh yang selaras dengan konteks kearifan lokal Bali,” tandas Prof. Kun Adnyana.

Bendesa Adat Intaran Sanur, I Gusti Agung Alit Kencana, Kamis (17/2) juga menilai keputusan yang diambil Gubernur Bali terkait dengan ogoh-ogoh, berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, perkembangan kasus Covid-19 dengan berbagai penanganannya telah mendapat apresiasi dari Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Panjaitan. Kedua cakupan vaksinasi krama Bali sudah cukup baik, bahkan kini sudah banyak yang divaksin booster. Ketiga, aktivitas ogoh-ogoh serangkaian malam pangerupukan sehari menjelang Nyepi, sudah dua tahun tidak berlangsung.

Baca juga:  298 Ribu WP di Bali Telah Melaporkan SPT Tahunan Tepat Waktu

Agung Alit Kencana menilai apa yang dilakukan Gubernur Bali sangat tepat. Kini, para yowana atau sekaa teruna sangat berkeinginan agar kreativitas tersebut bisa bangkit lagi. Terlebih, prosesi atraksi ogoh-ogoh nanti akan dipersempit wilayahnya hanya pada tingkat banjar. Selain itu, jumlah peserta juga dibatasi. “Ini sangat bagus, setelah dua tahun tidak jalan,” ujar Agung Alit Kencana.

Dikatakan, dengan keputusan ini kreativitas generasi muda kembali bangkit. Moment ini menjadi harapan bagi sebagian besar generasi muda Bali untuk bisa berperan aktif dalam menyongsong hari raya Nyepi.  “Kami sangat mengapresiasi keputusan yang dikeluarkan Gubernur, karena sudah dinantikan sejak lama,” ujarnya.

Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Prof. Dr. Wayan “Kun” Adnyana memberi apresiasi kepada Gubernur Koster yang telah merespons secara cerdas harapan Yowana Bali tersebut. Termasuk juga mengatur agar rangkaian nyomya ogoh-ogoh maksimal dilakukan oleh 25 orang dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Menurutnya, ini kebijakan yang arif dan sangat baik untuk semua pihak.

Baca juga:  Rastra Tabanan Segera Didistribusikan

Sebab, secara psikologis kebijakan Gubernur Bali ini melegakan, dan merupakan jalan tengah. Dimana yowana tetap dapat berkreasi dan berpartisipasi aktif dalam rangkaian Nyepi tahun ini. Sehingga masyarakat Bali dan internasional dapat kembali mengapresiasi kreasi ogoh-ogoh karya yowana Bali di era Covid-19 ini. Karya-karya mereka secara kultural akan menjadi penting, dan dapat dijadikan objek riset untuk mengetahui hubungan kreasi seni dengan ritual, termasuk respons kreatif terhadap situasi Covid-19.

“Jadi, dengan kebijakan Gubernur Bali ini diharapkan krama dan yowana kembali tenang menyambut hari suci Nyepi, sebagai yadnya bersama untuk menjaga keharmonisan bhuwana agung dengan bhuwana alit secara niskala dan sekala,” ungkapnya. (kmb/balipost)

 

BAGIKAN