Bibit tanaman Alpukat ditanam di telajakan jalan menuju obyek wisata Baluk Rening. Penanaman ini akan lebih diperluas hingga ke jalan-jalan permukiman. (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Baluk saat ini memiliki wilayah yang semakin padat permukiman. Berbatasan dengan pesisir laut, desa adat berupaya menjaga lingkungan salah satunya membiasakan krama untuk menanam tumbuhan.

Salah satu upaya yang telah dilakukan bersama desa dinas ialah menanam tanaman buah di telajakan jalan. selain fungsi penghijauan, tanaman buah Alpukat ini diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomis bagi krama dan desa.

Di awal 2022 ini, penanaman ratusan bibit Alpukat telah dilakukan menyasar di Banjar Baluk Rening.  Di sepanjang jalan menuju obyek wisata Baluk Rening, bibit Alpukat ditanam berjejer. “Kita harapkan nanti ada produk tanaman desa, salah satunya Alpukat ini. Jadi menjadi ikon, kalau Alpukat ya Alpukat Baluk,” terang Bendesa Baluk, Komang Suartoma.

Baca juga:  Desa Adat Baluk Rancang Tata Kelola Wilayah

Mantan Klian Subak ini menargetkan seluruh telajakan jalan-jalan di permukiman wilayah  Desa Adat Baluk, dapat tertanami bibit alpukat ini. Dalam penyaluran bibit dan kelengkapan penanaman, desa adat bekerjasama dengan perusahaan yang nantinya menampung hasil panen buah Alpukat tersebut.

Suartoma mengaku konsen dengan palemahan khususnya berkaitan dengan menanam pohon. Sebab, menurutnya pohon memiliki banyak manfaat bagi manusia dan lingkungan. Mengimbangi terus meluasnya permukiman, bangunan beton dan alih fungsi. “Target kita nantinya bisa 6.000 pohon. Selain sebagai perindang, juga memberikan hasil bagi masyarakat,” terangnya.

Baca juga:  Dari Silpa Badung Tembus Setriliun hingga Motor Dinas Rusak Teronggok

Sejalan dengan Nangun Sad Kerthi Loka Bali, dimana pentingnya menanam tanaman bagi baik itu tanaman keras, tanaman produksi, tanaman obat maupun tanaman holtikultura. Dengan ditanam di dekat permukiman warga, juga memberikan rasa tanggungjawab untuk merawat.

Semisal ketika tanaman itu sudah besar dan perlu dipangkas agar tidak menggangu jalan atau selokan, krama bersama-sama ikut menjaga. Dari tindakan kecil itu, menumbuhkan rasa memiliki dan mencintai lingkungan.

Baca juga:  Seminggu Hilang, Jedeg Belum Ditemukan

Fungsi subak, baik subak basah maupun subak abian yang masih berkaitan dengan adat, menurutnya juga harus tetap dipertahankan. Dalam upaya menata palemahan, desa adat juga menilai penting untuk penataan wilayah. Yang dapat melindungi parahyangan dan areal perkebunan maupun persawahan.

Saat ini Desa Adat Baluk terbagi menjadi lima banjar adat, yaitu banjar Adat Baluk, banjar Adat Taman, Banjar Adat Anyar, Banjar Adat Jati dan Banjar Adat Rening. Selain itu juga terbagi menjadi 19 Tempek dengan jumlah krama sekitar 1.700 KK. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *