Budi Gunadi Sadikin. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah melandainya kasus COVID-19 di Indonesia, negara-negara lain mengalami kenaikan signifikan. Bahkan di Eropa, hampir di semua negara mengalaminya.

Kondisi ini, kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, harus disikapi dengan hati-hati. “Kita ketahui kasus di Eropa, kasus konfirmasinya hampir semuanya naik. Sehingga arahan Bapak Presiden, kita harus hati-hati dan waspada, terutama menghadapi Nataru (Natal dan Tahun Baru) ini,” jelasnya.

Ia mengungkapkan di Eropa, semua kasusnya disebabkan oleh varian Delta dan turunannya. Namun, di banyak negara yang sudah pernah terkena varian Delta, sampai sekarang  masih landai. “Contohnya India, yang dulu puncaknya terkena Delta, sekarang masih landai sesudah 195 hari. Contohnya juga Afrika Selatan, pernah kena Delta juga, sekarang melandai sudah 134 hari,” ungkapnya.

Baca juga:  IBTK, Ribuan Umat Ikut Melasti

Indonesia juga seperti itu. Sudah 124 hari dilanda varian Delta dan masih melandai. “Moroko 101 hari dan Jepang 86 hari,” lanjutnya.

Tapi, ada satu negara yaitu Srilanka yang sudah pernah kena puncaknya varian Delta, sekarang mulai ada kenaikan. Semua kejadian di negara-negara lain ini dipelajari dan diawasi dengan ketat agar tetap membuat waspada, terutama di masa Nataru.

Peningkatan Kembali Terjadi

Terpisah pada Sabtu (20/11), Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Dr. dr. MaxinRein Rondonuwu DHSM, MARS mengatakan, peningkatan kasus COVID-19 kembali terjadi. Saat ini total kasus COVID-19 secara global lebih dari 249 juta dengan kematian lebih 5 juta jiwa.

Baca juga:  Tunjukkan Gejala, Presiden Bolsonaro Lakukan Tes COVID-19

“Peningkatan kasus terutama di regional Eropa 7 persen peningkatan kasus, 10 persen peningkatan kematian,” ujarnya.

Menurutnya, negara dengan penambahan kasus tertinggi adalah Amerika Serikat, Inggris, Turki dan
Jerman. Varian delta adalah varian dominan yaitu 99,64 dari total sekuensing yang dilakukan 60
hari terakhir.

Padahal negara-negara tersebut angka vaksinasinya sudah tinggi. “Vaksin yang tinggi tidak jaminan, mesti didukung perubahan perilaku terhadap protokol
kesehatan,” tegasnya.

Maxi menyebut, situasi pandemi Indonesia saat ini relatif terkendali. Namun harus diwaspadai kenaikan kasus di global dan di daerah, serta adanya subvarian AY 4.2.

Dia menegaskan, strategi penanggulangan harus tetap dipertahankan yakni 3 M (menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) dan 3 (testing, tracing, dan treatment) agar situasi
pandemi tetap terkendali.

Baca juga:  Presiden Jokowi Sambut Kelahiran Cucu Kelima

Mempertahankan testing tetap tinggi melalui active dan passive case finding. Kemudian dengan peningkatan kapasitas pemeriksaan PCR di kabupaten/ kota. “Percepatan vaksinasi untuk mencapai herd immunity, terutama bagi lansia juga harus terus dilakukan,” ujarnya.

Dia menambahkan, luas wilayah Indonesia menjadi kerentanan tersendiri dalam menghadapi pandemi seperti saat ini. Di Indonesia terdapat 35 Bandara dengan akses langsung ke Luar Negeri, yakni Asia, Australia, dan Eropa. Kemudian terdapat 135 pelabuhan laut juga dengan akses langsung ke luar Negeri. Bahkan Indonesia juga memiliki 10 Perlintasan Lintas Darat Batas Negara (PLBDN) dengan Papua Nugini, Timor Leste, dan Malaysia. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN