Logo Pfizer terefleksi pada tetesan cairan jarum suntik sebagai ilustrasi vaksin COVID-19. (BP/Ant)

JAKARTA, BALIPOST.com – Perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) akan berinvestasi di sejumlah bidang di Indonesia, khususnya terkait penanganan pandemi Covid-19. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan telah melakukan penjajakan ke Pfizer dan Merck, yang saat ini tercatat telah memproduksi obat COVID-19.

“Tadi pagi saya bicara dengan Pfizer, empat hari yang lalu dengan Merck. Mereka ternyata mau masuk ke Indonesia. Selama ini mereka katakan, ‘Ya kita sulit’. Maka saya dengan Pak Budi (Menteri Kesehatan) sampaikan agar mereka (Pfizer) pokoknya taruh sini saja. Kami sepakat ada berapa bidang teknologi Pfizer akan masukkan di Indonesia,” ungkapnya dalam webinar yang digelar ITS secara daring di Jakarta, Rabu (17/11).

Baca juga:  SMS "Blast" Melanggar Etika

Luhut berharap mulai tahun depan sudah akan ada sejumlah industri yang dikembangkan Pfizer di dalam negeri. “Kita harap mulai tahun depan akan ada industri-industri dari Pfizer lebih banyak di Indonesia,” pungkasnya dikutip dari Kantor Berita Antara.

Pfizer sendiri telah hadir di Indonesia sejak 1969 silam, hingga kemudian meresmikan fasilitas pabrik pertamanya di tahun 1971. Saat ini, Pfizer Indonesia mengoperasikan fasilitas manufaktur yang memproduksi beragam jenis obat medis guna memenuhi kebutuhan dalam negeri serta negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.

Baca juga:  385 Pasien TB di Indonesia Meninggal Setiap Hari

Sebelumnya, Luhut menegaskan pemerintah sangat agresif mendorong agar para produsen obat dan vaksin untuk bisa berinvestasi di Tanah Air. “Mengenai obat ini, dan vaksin, pemerintah kita sangat agresif. Saya terlibat di dalamnya dan saya kira, pembicaraan dengan Merck dan Pfizer itu sudah sangat maju. Insya Allah kita dapat dan kita berhara bahwa itu harus ada pabriknya di dalam negeri sehingga kita tidak jadi importir saja tapi kita jadi producer (produsen),” katanya.

Merck sendiri merupakan produsen obat Molnupiravir antivirus COVID-19. Sementara itu, perusahaan farmasi Pfizer juga telah mengumumkan hasil uji klinis obat oral COVID-19, yaitu Paxlovid.

Baca juga:  Kenaikan Jumlah Pasien Positif Mingguan Cukup Tinggi, PPKM Diminta Jadi Upaya Tekan Laju Kasus

Luhut mengingatkan agar negara sebesar Indonesia tidak boleh hanya jadi importir obat-obatan. Ia menekankan begitu lemahnya posisi Indonesia ketika tidak bisa mendapat pasokan obat karena India kala itu diblok. Demikian pula saat Indonesia tidak bisa mendapatkan pasokan vaksin AstraZeneca dari India padahal sudah menandatangani kontrak.

“Kita sudah ngalamin kemarin kasus kita bagaimana sakitnya kita tidak bisa dapatkan paracetamol karena India diblok. Sakitnya bagaimana kita, sudah tanda tangan kontrak untuk dapatkan AstraZeneca ditahan oleh India. Jadi ini pengalaman-pengalaman pahit yang harus kita selesaikan,” katanya kala itu. (kmb/balipost)

BAGIKAN