I Gusti Ngurah Puspa Udiyana. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kebutuhan teknologi cloud untuk meningkatkan skalabilitas data center konvensional disadari oleh Dinas Komunikasi, Informasi, dan Statistik (Diskominfos) Provinsi Bali. Terlebih di masa pandemi COVID-19 ini, Diskominfos Bali membutuhkan solusi yang mampu mengoptimalkan layanan publik oleh pegawai yang bekerja dari rumah, tanpa mengorbankan efisiensi kinerja.

Oleh karena itu, guna mewujudkan program “Bali Smart Island”, Diskominfos Provinsi Bali memilih Amazon Web Services (AWS) sebagai penyedia cloud. Ada tiga manfaat memanfaatkan AWS. Yakni, ketersediaan layanan, cepat dalam implementasi, dan pay as you go (hanya membayar layanan yang digunakan).

Kepala Seksi Aplikasi Informatika Diskominfos Provinsi Bali, I Gusti Ngurah Puspa Udiyana mengatakan, dipilihnya AWS karena berkaca dari pengalaman. Sebelumnya, pihaknya mencoba berbagai penyedia, namun tidak ada yang tepat.

Baca juga:  Puluhan Pelanggar Prokes Kena Denda, Diantaranya WNA

Akhirnya, pihaknya memilih AWS karena keunggulan layanan pelanggan, skalabilitas, serta solusi-solusinya yang terintegrasi. Menurutnya, dengan cloud AWS dapat mengembangkan aplikasi-aplikasi yang tepat guna untuk meningkatkan taraf kehidupan penduduk Bali.

Total ada 29 aplikasi yang dikembangkan. “Bukan semata karena teknologinya saja, kami juga memperoleh dukungan langsung dari pihak AWS setempat, juga pelatihan untuk layanan-layanan yang kami gunakan. Dari dasar-dasar mengenai cloud hingga implementasi skalabilitas secara otomatis. AWS jelas lebih unggul dari yang lain,” ujar Puspa Udiyana saat menjadi narasumber Media Briefing “Cloud, Kunci Percepatan Transformasi Bali Menuju Smart Island” yang dilakukan secara virtual, Kamis (7/10).

Dia mencontohkan, saat terjadinya lonjakan kasus COVID-19 di Bali yang berujung pada kelangkaan oksigen, pihaknya mengembangkan aplikasi dalam memonitoring ketersediaan bantuan pernapasan ini. “Sehingga tidak terjadi keterlambatan pasokan untuk pertolongan kepada pasien. Khususnya saat puncak kasus pandemi Juli-Agustus, kami melakukan monitoring oksigen melalui aplikasi,” ungkapnya.

Baca juga:  Hingga Juli, Bali Empat Kali Alami Deflasi

Dia mengatakan, banyak aplikasi kritikal lain milik Pemprov Bali yang juga dibangun menggunakan solusi AWS, seperti sistem sensus desa adat, sistem monitoring oksigen fasilitas kesehatan, sistem manajemen aset, sistem Bali satu data, pameran virtual, hingga Bali Media Center. Tidak hanya itu, AWS juga mendukung Diskominfos dalam membangun infrastruktur untuk penyelenggaraan solusi kantor virtual sekaligus meningkatkan skalabilitas sistem saat digunakan bersamaan oleh seluruh PNS di lingkungan pemerintahan Provinsi Bali.

Baca juga:  Sambut Hari Jadi Provinsi Bali ke-65–Diskominfos Bali Gelar Literasi Digital

Termasuk, bagi tenaga pendidik di 147 sekolah negeri di seluruh provinsi. “Dari segi biaya yang dikeluarkan, lebih baik dibandingkan yang lain. Rerata Rp 18 juta per bulan sejak Januari hingga September 2021,” jelasnya.

Terkait absensi elektronik yang digunakan hampir 20 ribu ASN dan non-ASN se-Bali, hal ini direspons positif karena mendata tidak hanya kehadiran, tetapi juga bisa memantau keberadaan pegawai. Ia menambahkan, untuk mewujudkan digitalisasi di seluruh Bali, Diskominfos Bali akan memanfaatkan teknologi sistem antri di layanan-layanan kesehatan, rumah-rumah sakit, serta masih banyak lagi lainnya. “Layanan ini akan memudahkan masyarakat, khususnya melakukan registrasi untuk menghindari antrian. Ini akan lebih efisien,” pungkasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *