Peternak Ayam.(BP/Par)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Perternak ayam petelur di Desa Getasan, Kecamatan Petang, Badung merugi lantaran harga harga telor anjok. Saat ini harga telor ayam 1 kg telor mencapai Rp 19 ribu. Namun, jika dihitung kerat sekitar Rp 30 ribu sampai Rp 33 ribu.

Peternak ayam petelur asal Desa Getasan, Kecamatan Petang Badung, I Nyoman Rajendra saat ditemui Kamis (16/9) mengakui, anjloknya harga telur terjadi dari minggu pertama bulan Agustus 2021. “Kalau harga telur sampai dibawah Rp 35 ribu /1krat. Kami di peternak sudah tidak dapat apa. Karena tidak menutupi biaya pakan yang harganya terus naik sekarang saja harganya Rp 355 /sak atau 50 kg,” ujarnya.

Baca juga:  Puluhan HP Senilai Rp 118 Juta Dicuri

Dikatakan, jika dibandingkan pada kondisi normal, harga telur ayam bisa mencapai Rp 36 ribu hingga Rp 38 ribu satu keratnya. Kendati demikian harga telur bergantung pada ukuran telur sendiri. “Jadi telur ayam ada 3, yakni besar, sedang dan kecil. Dulu paling besar dijual Rp 37 ribu sekarang hanya Rp 30 ribu /keratnya,” sebutnya.

Menurutnya, pandemi Covid-19 sangat membawa pengaruh terhadap harga telur ayam. Apalagi, saat diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) malah mengalami kerugian lantaran harga telur anjlok.

Baca juga:  Peternak Minta Pemerintah Bantu Dongkrak Harga Jual Babi

“Pemeliharaan ternak ayam ini dilakukan secara kelompok. Dalam satu kandang berisi 1.272 ekor ayam, jadi kami ada 11 kandang disini disini,” jelasnya.

Bandra peternak lainnya juga mengakui mengalami kerugian. Sebab, selain harga telor yang terus merosot, biaya pakan kini juga mengalami peningkatan. “Sama seperti daerah lain harga telor memang mengalami penurunan harga. Sehingga kami di peternak mengalami kerugian,” ujarnya.

Namun demikian, menurutnya penurunan yang terjadi pada Agustus, September ini dipengaruhi minimnya kegiatan upacara agama di Bali. “Pariwisata juga belum buka, sehingga harga turun. Jadi sebenarnya produksi telur di Bali sudah banyak, sekarang pariwisata sepi, telur banyak jadinya,” bebernya.

Baca juga:  Kasus Kematian Babi di Karangasem Mencapai 315 Ekor

Disinggung apakah masih bertahan jika terus mengalami kerugian, Badra mengakui tetap akan bertahan. Pasalnya ayam yang dimiliki saat ini sedang produktif untuk bertelur. Selebihnya jika pun dijual, pihaknya akan mengalami kerugian lebih banyak. (Parwata/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *