Suasana di Bandara Ngurah Rai saat pandemi COVID-19. (BP/eka)

JAKARTA, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 membuat proyeksi para pelaku usaha travel tak berjalan sesuai rencana. Meski demikian, para pelaku usaha ini berupaya tetap optimis memasuki semester II 2021.

Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO), Pauline Suharno mengatakan belum bisa memproyeksikan dengan tepat untuk industri pariwisata di semester II 2021. Sebab, kasus COVID-19 yang belum mengalami penurunan sangat berpengaruh pada rencana perjalanan baik untuk dalam negeri maupun luar negeri.

“Enggak bisa proyeksi, karena proyeksinya mental semua dari tahun lalu. Tapi sebagai asosiasi kita optimis, kita harus optimis,” ujar Pauline, Selasa (29/6), dikutip dari Kantor Berita Antara.

Baca juga:  ITAF, Upaya Putri Pertemukan Travel Agent dan DTW

Pauline mengatakan pada November 2020, perjalanan wisata sudah mulai terlihat ada perbaikan. Wisatawan domestik banyak yang mulai melakukan rencana perjalanan ke Turki.

Akan tetapi, gelombang kedua COVID-19 membuat, semua rencana perjalanan kembali menurun. Kali ini banyak orang yang takut bepergian apalagi karena disebut varian baru lebih berbahaya.

“Yang jelas kita enggak bisa proyeksi banyak-banyak, sebisanya aja apa yang untuk dijual. Sebagai travel asosiasi kita enggak bisa pesimis jadi apapun peluang yang ada, itu yang kita kerjakan,” kata Pauline.

Baca juga:  Bikin Wisman Jatuh Cinta, BBF 2017 akan Tonjolkan Ciri Khas

Pauline mengatakan saat ini yang menjadi fokus ASTINDO adalah mempersiapkan SDM dan memberikan wawasan baru tentang travel. Sehingga saat banyak destinasi yang dibuka para pelaku travel sudah siap berjualan.

Sementara itu, Ketua Umum Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan hal yang tak jauh berbeda dengan Pauline. Menurut Hariyadi, pariwisata di Indonesia maupun luar negari sangat bergantung dengan kasus COVID-19.

“Kalau kita lihat secara keseluruhan kondisi di semester dua ini tidak akan lebih baik dari tahun lalu. Kita kan belum pernah menghadapi lonjakan COVID-19 segini tingginya,” kata Hariyadi.

Baca juga:  Paling Terdampak Pandemi, Kadin Harapkan Ada Kebijakan Khusus Bagi Bali

“Karena kan kalau bicara pariwisata sangat erat dengan pergerakan manusia, kalau manusianya dibatasi, pariwisatanya akan drop karena enggak ada demand-nya,” lanjutnya.

Meski demikian, Hariyadi berharap agar pemerintah bisa melangsung vaksinasi menyeluruh secepatnya. Sebab jika masyarakat sudah merasa aman, sektor pariwisata dapat kembali berjalan.

“Ini sangat tergantung sekali dengan vaksinasi yang dilakukan oleh pemerintah. Bisa vaksin secepatnya untuk mencapai target populasi 70 persen karena kalau enggak, kita enggak bisa bicara pariwisata yang berani jalan lagi,” ujar Hariyadi. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *