Setelah upacara piodalan di pura Dalem Gede Selaungan selesai, lungsuran banten biasanya dilelang. (BP/Istimewa)

BANGLI, BALIPOST.com – Lungsuran atau sajian yang telah dipersembahkan di pura umumnya langsung dibawa pulang oleh pemiliknya. Namun, tak demikian dengan lungsuran di Pura Dalem Gede Selaungan.

Ada yang unik setelah upacara piodalan di pura itu selesai. Lungsuran banten di pura tersebut dilelang.

Pura Dalem Gede Selaungan merupakan pura khayangan tiga yang ada di Desa Adat Cempaga. Upacara piodalan di pura itu rutin digelar setiap enam bulan sekali yakni pada Buda Umanis Julungwangi.

Baca juga:  Ribuan Orang Ngiring "Mapurwa Daksina" Rangkaian Puncak Karya Maligia Jangkep 

Sehari setelah piodalan, dilanjutkan dengan upacara penyineban. Sebagaimana pada umumnya, setelah upacara penyineban selesai, banten yang dihaturkan kemudian dilungsur.

Di Pura Dalem Gede Selaungan, banten yang telah dilungsur selanjutnya dilelang. Lungsurannya ada berupa buah-buahan, jajan, daging, telur, kelapa dan lainnya.

Bendesa Adat Cempaga I Wayan Nyepek mengatakan lelang lungsuran ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak lama. Sebelum dirinya lahir, tradisi itu sudah ada.

Lelang biasanya dilaksanakan di areal pura dan diikuti krama setempat. Pelaksanaan lelang lungsuran sama seperti lelang pada umumnya. Dalam lelang, lungsuran dilepas dengan harga murah.

Baca juga:  Banjir Bandang Landa Songan, Terparah di Lokasi Ini

Yang penting laku. “Kalau untuk buat bantennya asoroh biasanya bisa habisk antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Setelah jadi lungsuran dan dilelang, maksimal lakunya Rp 10 ribu,” ujarnya.

Kata Nyepek, tujuan diadakan lelang agar lungsuran tidak ada yang terbuang sia-sia. Diakui selama ini tidak pernah dilakukan pembagian lungsuran ke krama.

Hal itu untuk menghindari adanya kecemburuan. Mengingat jumlah krama yang berhak banyak mencapai 100 lebih krama. “Karenanya dilelang,” ujarnya.

Baca juga:  Badai Monica Renggut Empat Nyawa di Prancis Selatan

Jika lelang tidak dapat dilaksanakan, bisa dibuat kebijaksaanaan lungsuran dibagikan ke serati banten. Selain lungsuran, sisa bahan perlengkapan upacara seperti beras, minyak goreng, bumbu biasanya juga ikut dilelang.

Hasil lelang yang terkumpul diakuinya tidak pernah banyak. Paling banyak dapat Rp 200 ribu. Selama ini uang hasil lelang lungsuran dimasukan ke kas banjar. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN