Petani arak saat memproses arak. Mereka mengaku kendala bahan baju di musim hujan karena tak ada berani petani yang memanjat pohon karena licin dan berbahaya. (BP/Nan)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Perajin arak di musim hujan kesulitan bahan baku tuak. Hal ini dirasakan oleh para perajin Arak Karangasem yang ada di Banjar Bingin, Desa Datah, Abang Karangasem, I Nyoman Merta.

Karena hujan yang terus turun, mengakibatkan petani tak berani memanjat. Merta mengatakan bahwa untuk membuat arak, saat ini dirinya mengakui masih kekurangan bahan baku tuak.

Pasalnya, saat ini masih musim penghujan sehingga para petani tidak berani memanjat kelapa karena licin. “Jujur, untuk membuat arak saya masih kekurangan bahan baku tuak. Karena petani tidak berani memanjat kalau hujan karena licin. Mereka tidak berani mengambil risiko. Petani berani memenjat ketika cuaca panas,” ucapnya.

Baca juga:  Perajin Kini Tak Bergantung Naik Turunnya Pariwisata, Pangsa Pasarnya Mengarah ke Sektor Ini

Menurutnya, selain memakai tuak kelapa sebagai bahan baku tuak, kadang dirinya juga membeli tuak ental untuk pembuatan arak tersebut. Baginya, tuak berbahan kelapa maupun ental hampir sama.

Tidak ada perbedaan yang mencolok. “Proses pembuatan arak masih tradisional. Waktu yang dibutuhkan untuk menjadi arak sekitar 4-7 hari,” katanya.

Dia menjelaskan, saat ini dirinya masih cukup kesulitan di dalam memasarkan hasil kerajinannya. Sebab, sampai saat ini dirinya belum begitu banyak memiliki pelanggan untuk menjual arak yang dihasilkan. “Saya baru menggeluti kerajinan arak ini. Karena tak ada kerjaan lain, saya akhirnya belajar untuk membuat arak agar ada penghasilan di tengah situasi pandemi COVID-19,” tandasnya. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  "Tuak adalah Nyawa"
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *