Ady Wirawan. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Presiden Jokowi menyampaikan akan fokus pada tiga kawasan di Bali untuk menjadi zona hijau COVID-19, yaitu Sanur, Ubud dan Nusa Dua. Namun jika hanya tiga kawasan itu yang menjadi zona hijau, maka akan sulit melakukan pengawasan pergerakan orang.

Epidemilog dari Universitas Udayana (Unud), dr. Made Ady Wirawan, MPH., Ph.D. mengatakan, menjadikan suatu kawasan zona hijau perlu upaya dan komitmen yang kuat. Di samping itu, untuk melakukan pengawasan atau kontrol terhadap tiga titik yang hanya berbatas administratif, dinilai sulit.

Menurut Ady Wirawan, jika tiga kawasan tersebut dijadikan zona hijau untuk uji coba bisa saja agar mampu ketok tular ke kawasan lainnya. Namun jika tiga kawasan tersebut dibuat zona hijau agar bisa menerima wisatawan asing, maka harus dipersiapkan matang. “Secara teori dan melihat pergerakan orang, maka akan sangat sulit dilakukan. Visibilitasnya juga tidak begitu baik, karena pergerakan penduduk lokal tinggi ditambah mobilitas wisatawan tidak bisa dicegah,” katanya mengingatkan.

Baca juga:  Warga Jepang Tetap Memakai Masker

Untuk menentukan suatu kawasan masuk kategori zona hijau, kata dia, ada beberapa indikator yang diperlukan. Seperti transmisi lokal harus rendah, kasus harian dapat ditekan, meningkatkan testing dan tracing, dan lain-lain. Jika satu orang positif Covid-19, tracing harus dilakukan pada minimal 30 orang yang pernah melakukan kontak dengan orang tersebut, ditambah cakupan vaksinasi 70%.

Meski cakupan vaksinasi 70% dengan efikasi vaksin 65%, dinilainya tidak cukup. Diperlukan perilaku masyarakat yang mendukung. “Lalu vaksin lancar, testing dan tracing kuat, kemungkinan dalam jangka pendek bisa di-contain di tiga kawasan ini. Tapi dalam jangka panjang, pergerakan manusia yang sedemikian banyak akan membuat zona itu berubah warna lagi, karena kita tidak bisa mengontrol pergerakan daerah lain,” ujarnya.

Baca juga:  Lebih dari 50 Persen Desa/Kelurahan di Karangasem Masuk Zona Hijau COVID-19

Yang paling ideal, kata dia, adalah membuat keseluruhan Bali zona hijau. Hal ini sangat memungkinkan karena secara geografis, Bali merupakan pulau tersendiri. Sedangkan tiga zona yang akan menjadi fokus hanya berbatasan administratif yang mana pergerakan manusianya akan sulit dikontrol. “Virus tidak mengenal batas administratif, tapi virus bisa dikontrol dengan batas geografis,” tegasnya.

Ady Wirawan mengatakan, Bali akan bisa open border dengan skema travel bubble jika Bali yang merupakan satu pulau terpisah dengan pulau lain telah berubah menjadi zona hijau. Upaya yang dilakukan dengan memperketat screening pintu masuk ke Bali baik lewat darat maupun laut, testing dan tracing yang masif, perilaku masyarakat yang mendukung, dan cakupan vaksinasi.

Baca juga:  PUPR Bali Normalisasi Saluran Irigasi Pemicu Banjir di Baktiseraga

Dengan zona hijau, akan tumbuh kepercayaan dari negara partner travel bubble. “Pelaku pariwisata yang sudah siap dengan segala persiapannya baik CHSE (cleanliness, health, safety, Environment, red) maupun kesiapan lain, tapi karena kedatangan wisatawan tergantung kebijakan negaranya, maka trust kalau kita bisa mengendalikan pandemi, harus ditumbuhkan,” katanya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

  1. kontingen all England indonesia dilarang ikut turnamen hanya karena berada dalam satu cabin pesawat dengan satu orang terduda positif covid, seluruh stakeholder ribut ingin protest, namun didalam negeri tourist diharapkan datang ke zona hijau administratif yg ada ditengah tengah zona merah…

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *