Ketut Netra. (BP/Istimewa)

Oleh Ketut Netra, S.H.,M.Kn

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan insan pers memeperingati Hari Pers setiap 9 Februari. Untuk mengenang jasa para wartawan Indonesia.

Pada kesempatan ini akan sedikit diulas bagaimana kiprah wartawan, sejak kemerdekaan sampai sekarang. Sebagaimana diketahui tugas wartawan adalah mengumpulkan berita, mengolah, menganalisa, kemudian mnerbitkan berita. Dari rangkaian tugas tersebut, tidaklah gampang untuk menghasilkan berita, yang pada akhirnya berita itu bisa dibaca oleh publik.

Pada zaman sebelum kemerdekaan. Tugas wartawan amatlah berat, karena bagaimana wartawan harus berhadapan dengan musuh. Bagaimana melaporkan kegiatan musuh, shingga segala gerak gerik musuh dapat terddeteksi oleh pihak pejuang kita. Dalam hal ini wartawan harus memakai kamuplase, untuk mendapat data, agar tidak diketahui oleh lawan, karena pada situasi seperti ini, adalah nyawa taruhannya.

Wartawan pada zaman itu, lebih banyak penekanannya berperan sebagai seorang intelijen. Seorang intelijen sewajarnya mengetahui fungsi intelijen yaitu : Lid (penyelidikan). Pam (pengamanan) dan Gal (penggalangan). Untuk mendapatkan data-data dari sumber, ketiga fungsi tersebut berjalan secara sinergi.

Untuk memperoleh data kekuatan musuh misalnya diperlukan penyelidikan masuk ke tempat sasaran, yang sudah tentu dengan cara klandestin. Untuk hal itu perlu petugas pengamanan. Dan jauh sebelumnya telah dilakukan penggalangan ke berbagai pihak termasuk ke sasaran tanpa disadari oleh pihak lawan.

Baca juga:  Teknologi dan Pembelajaran Interaktif

Kalau Indonesia berhasil merdeka seperti sekarang, maka peran wartawan tidak bisa diabaikan. Pada masa itu, selain teknik penyadapan yang telah dilakukan oleh pihak kita, tercatat juga dalam sejarah peran kurir yang dilakukan oleh para pejuang dan oleh para wartawan. Bagaimana pesan yang dibawa ke pihak kita tetap terjamin aman, tetap asli kualitasnya. Sehingga berita yang dipublikasikan melalui radio atau surat kabar akan sampai ke masyarakat dapat memberikan opini di masyarakat.

Masyarakat akan menjadi terobsesi dan memberikan dukungan perjuangan untuk merdeka, karena pencitraan yang diberitakan oleh wartawan apa adanya. Dan hal ini akan dapat mengubah pandangan di kalangan masyarakat.

Dengan kata lain, di samping wartawan sebagai pejuang pada masa itu, dapat juga dikatakan wartawan sebagai agent of change. Karena dapat mengubah image dan mind set dalam kehidupan masyaraakat.

Baca juga:  Budaya Riset Inovasi Kita

Bagaimana di masa pembangunan sekarang ini? Indonesia pada saat yang sedang berkembang pada saat ini, sangat membutuhkan informasi yang akurat. Informasi yang akurat tidak hanya diperlukan oleh agent rahasia pemerintah.

Wartawan juga harus memberikan informasi yang kredibel, jika ingin mendapat tempat di hati halayak ramai. Sebagai contoh sebuah koran jika sering menyajikan merita yang tidak benar maka akan sulit mendapat kepercayaan dari rakyat maupun dari pemerintah. Sehingg menjadi koran berita yang tidak laku.

Di masa pembangunan seperti sekarang ini, wartawan juga sebagai agen perubahan, sebab wartawan dalam menyampaikan berita yang diterima masyarakat, dalam jarak jauh sekali. Dapat dirasakan dampaknya oleh masyrakat.

Sebagai contoh seorang petani di suatu daerah pedalaman berhasil menemukan cara bercocok tanam yang baik. Sehingga menghasilkan paten yang berlimpah dan bermutu, karena petani itu mengunakan crara-cara tertentu.

Petani di seberang sana dapat mendengar atau embacra hal ini. Akibatnya petani lain meniri cara-cara bertani ini. Dengan kata lain, petani lain akan mendapat inspirsi bagaimnana cara untuk memperoleh hasil yang baik.

Baca juga:  Bangkitnya Wirausaha Milenial

Di hal-hal itu, para wartawan patut diacungi jempol, di bidang karya tulis karena seorang wartawan mempunya kepiawaian khusus di bidang tulis menulis. Dan mengingat juga kode etik yang diterapkan dalam penulisan yakni memperhatikan penulisan tidak menonjolkan isu SARA, kekerasan, porno dan sebagainya.

Bagaimanapun karena Indonesia adalah negara yang berdasar Pancasila, sewajarnya menjunjung tinggi kaedah kaedah ketimuran. Sebuah karya jurnalistik akan tetap menarik pembacanya karena apa yang disajikan tersebut memang benar-benar diperlukan oleh pembaca atau pemirsa. Sebenarnya masyarakat adalah haus akan informasi. Jadi informasi di masyarakat modern merupakan kebutuhan.

Di samping itu, karya jurnalistik menjadi menarik karena tetap taat kepada 5 W + 1 H yaitu What, Who, When, Why, Where dan How. The bad news is the good news bagi wartawan, karena berita yang disajikan agar menarik bagi pembaca atau pendengar.

Namun demikian wartawan punya hak tolak untuk menyebutkan identitas sumber, jika sumber merasa terancam. Menarik dari segi isi, karena faktual. harus pula menarik dari segi momen penyajian. Jadi harus disajikan ketika masih anyar/aktual.

Penulis, pensiunan jaksa

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *