Pertujukan seni Calonarang ditengah pandemi covid-19 di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandi, Denpasar. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah pandemi COVID-19, menjaga taksu budaya Bali agar tetap ajeg sangat penting dilakukan. Terlebih saat ini ketahanan ekonomi Bali terpuruk.

Namun, terpuruknya ekonomi Bali tidak bisa mempengaruhi taksu budaya Bali. Sebab, budaya Bali adalah budaya adiluhung, bermutu tinggi, dan memiliki nilai luhur yang secara langsung mempengaruhi seluruh seluk-beluk kehidupan manusianya.

Guru Besar Ilmu Kajian Budaya Prof. Dr. Drs. I Nengah Lestawi, M.Si. mengatakan, selama ini budaya Bali telah memberikan dampak yang luar biasa terhadap kemajuan perekonomian Bali. Apalagi, pariwisata Bali merupakan pariwisata berbasis budaya.

Meskipun saat ini pariwisata kita di Bali terpuruk karena dilanda pandemi COVID-19, namun budaya Bali yang salah satunya adalah karsa, di mana ritual dan upacara tetap dilakukan. “Meskipun dilakukan secara terbatas dengan mengedepankan protokol kesehatan, tetapi maknanya tidak hilang,’’ ujar Prof. Lestawi, Selasa (25/8).

Baca juga:  Desa Adat Pegadungan Lestarikan Seni Ngoncang

Guru Besar Filsafat Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Prof. Dr. I Made Surada, M.A. menegaskan, meskipun kondisi ekonomi Bali sedang terpuruk, namun hal tersebut tidak memengaruhi keberlangsungan budaya Bali. Hanya pelaksanaan budaya Bali, seperti upacara ritual dan pementasan kesenian dibatasi karena dalam situasi pandemi COVID-19.

Justru, apabila budaya Bali terkikis karena sesuatu hal akan berdampak pada ketahanan ekonomi Bali. Sebab, selama ini ekonomi Bali sangat bergantung pada pariwisata budaya Bali. “Apa pun keadaannya saat ini, budaya Bali akan tetap hidup karena budaya Bali disinari oleh agama Hindu. Hanya dalam pelaksanaan budaya ini disesuaikan dengan protokol kesehatan Covid-19. Aktivitas dan pendukung budaya dikurangi, prosesnya dipersingkat, namun esensinya tetap,” ujar Wakil Rektor I UHN I Gusti Bagus Sugriwa ini.

Baca juga:  Aktivitas Menurun, PVMBG akan Evaluasi Status Gunung Agung

Bahkan, dengan adanya pandemi Covid-19 ini segala kegiatan upacara bisa dilakukan secara sederhana (nista), sehingga bisa mengurangi biaya dengan tidak mengurangi esensi upacara tersebut. Apalagi, menjaga kebertahanan budaya Bali sangat bergantung desa (tempat), kala (waktu), patra (keadaan).

Sehingga pelaksanaan budaya Bali disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini. Bahkan, dalam sastra penyesuaian ini tidak disalahkan. Kaitannya dengan ekonomi, dikatakan bahwa dengan serba dibatasinya kegiatan budaya di Bali sangat berdampak bagi perekonomian Bali.

Baca juga:  Warung Makan Jepun Konsisten Sajikan Lawar Klungah dan Berengkes Negaroa

Terutama berpengaruh bagi penghasilan masyarakat yang menggantungkan hidup dari budaya, seperti menari, jualan kreativitas seni, dan lainnya. ‘’Pada intinya budaya tidak akan punah dalam situasi ekonomi apa pun, justru kegiatan budaya yang dibatasi sangat berpengaruh terhadap ekonomi Bali,’’ pungkasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *