Ilustrasi. (BP/dokumen Swara Tunaiku)

 

DENPASAR, BALIPOST.com – Ekonomi Bali triwulan I 2020 dibandingkan triwulan I 2019, tumbuh negatif yaitu -1,14 persen (yoy). Sedangkan triwulan I 2020 dibandingkan triwulan IV 2019 (qtq), pertumbuhan ekonomi Bali juga mencatatkan pertumbuhan negatif yaitu -7,67 persen.

Kepala BPS Bali Adi Nugoho, Selasa (5/5), mengatakan pada sisi lapangan usaha, pertumbuhan negatif terdalam tercatat pada kategori penyediaan akomodasi dan makan minum yakni -9,11 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, komponen impor luar negeri tercatat sebagai komponen dengan pertumbuhan negatif terdalam, yaitu sebesar -38,81 persen.

Selain akmamin yang tumbuh negatif, lapangan usaha transportasi dan pergudangan juga tumbuh negatif. “Turunnya nilai tambah yang tercipta pada kategori I, penyediaan akomodasi dan makan minum bisa dipandang sebagai cerminan pengaruh waktu mengingat kategori ini mencakup berbagai aktivitas layanan yang sebagian besar ditujukan untuk wisatawan,” ujarnya.

Baca juga:  Sejak 2016 Lakukan Transplantasi Ginjal, Keberhasilan RSUP Sanglah 100 Persen

Selain akibat penurunan wisman, kondisi pertumbuhan negatif ini juga disebabkan kebijakan pemerintah menutup obyek wisata di seluruh wilayah Bali, mulai 20 Maret 2020. Penutupan ini tentu berdampak pada penurunan output dibandingkan dengan tahun lalu ketika dalam kondisi normal.

Selain kategori lapangan usaha yang terkait langsung dengan pariwisata, kategori C (industri pengolahan) juga diduga terkena imbas pandemi COVID-19. Pada triwulan I-2020, kategori ini tercatat tumbuh negatif -7,95 persen (yoy).

Baca juga:  Setahun Tangani Pandemi COVID-19, Ini Tingkat Kepuasan Publik pada Kinerja Jokowi-Ma'ruf

Pada sejumlah perusahaan Industri Besar Sedang (IBS) telah tercatat penurunan produksi, utamanya yang merupakan komoditas ekspor. Penutupan penerbangan ke beberapa negara tujuan ekspor, berdampak langsung pada terputusnya jalur distribusi yang menyebabkan penurunan produksi.

Demikian juga secara qtq, menurut lapangan usahanya, pertumbuhan negatif  terdalam juga tercatat pada kategori penyediaan akomodasi dan makan minum yaitu -15,12 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan negatif  terdalam dicatatkan komponen  pengeluaran pemerintah  (PK-P) sebesar -42,61 persen.

Meski demikian, struktur ekonomi Bali pada triwulan I 2020 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga (PKRT) dengan sumbangan 51,44 persen dari sisi pengeluaran. Sedangkan dari sisi penerimaan, struktur ekonomi Bali masih tercatat didominasi oleh penyediaan akomodasi dan makan minum) dengan kontribusi sebesar 21,81 persen.

Baca juga:  Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1443 H Jatuh pada 2 Mei

Struktur ekonomi Bali berturut-turut juga disumbangkan oleh kategori A (Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan) sebesar 13,67 persen, kategori F (Konstruksi) sebesar 10,02 persen, kategori H (Transportasi dan Pergudangan) sebesar 9,06 persen, dan kategori G (perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor) tercatat sebesar 8,57 persen. Komponen ini membentuk PDRB Bali triwulan I 2020 Rp 38,65 triliun. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *