Putu Astawa. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Industri pariwisata Bali yang benar-benar terpuruk menghadapi wabah COVID-19 tidak akan dibiarkan larut terlalu lama. Kepala Dinas Pariwisata Bali, Putu Astawa, Kamis (9/4) mengatakan pihaknya sudah menyiapkan tiga strategi.

Untuk saat ini, masih melakukan strategi tanggap darurat. Artinya, melakukan mitigasi dan perawatan pasien COVID-19 di RS. Selain itu, melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan COVID-19, menerapkan social dan physical distancing, menggunakan masker untuk semua terutama bagi yang sakit atau yang sedang berada di luar rumah, serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Baca juga:  Pimpin Upacara HUT ke-80 RI, Ini Pesan Wagub ke Masyarakat Bali

Tahap kedua adalah recovery. “Kami perkirakan, mudah-mudahan Juni sudah mulai kita bisa melakukan tahap recovery,” imbuhnya.

Tahap recovery yang dimaksud, lanjut Astawa, utamanya saat kasus COVID-19 sudah mulai melandai bahkan turun. Di sana, upaya promosi akan kembali dilakukan. Paling tidak untuk wisatawan nusantara.

Sedangkan untuk wisatawan mancanegara dikatakan masih memerlukan waktu untuk promosi. Setelah bisa melewati tahapan recovery, tentu akan berlanjut ke strategi ketiga yakni tahapan normalisasi.

Baca juga:  Pramuka Emban Misi Pendidikan Karakter dan Bela Negara

“Perkiraan kami September atau Oktober, harapan kita sudah bisa mulai menuju tahap normalisasi. Jadi kita bisa mengundang para dubes, konjen, untuk bisa mengkonsolidasikan bahwa Bali itu aman untuk bisa dikunjungi,” tandasnya.

Berdasarkan hitung-hitungan secara kasar, menurut Astawa, potensi devisa dari pariwisata mencapai sekitar Rp 146 triliun per tahun. Ini mengacu pada angka kunjungan wisman ke Bali tahun 2019 sebanyak 6,3 juta dikali pengeluaran rata-rata wisman sebesar Rp 2,3 juta per hari dengan kurs dolar Rp 16.000.

Baca juga:  Diskes Bali Siapkan Ruangan Khusus Tamu VIP di Lokasi G20

Bali sendiri mulai kehilangan 50 persen wisatawan di bulan Maret. Jika bulan April ini menjadi nol kunjungan, dengan demikian Bali diperkirakan kehilangan devisa hingga Rp 18 triliun pada Maret-April saja. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN