MANGUPURA, BALIPOST.com – Terjadinya disrupsi (perubahan berbagai sektor akibat digitalisasi) serta gaya hidup di zaman milenial ini dikhawatirkan menbuat turunnya usaha ritel. Namun, kondisi ini tidak akan terjadi jika pelaku usaha bisa mengikuti tren gaya hidup masyarakat.

Demikian mengemuka dalam Seminar Nasional yang digelar Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali yang berlangsung di The Trans Resort Bali, Badung, Senin (2/12). Dalam acara yang mengangkat tema “Peluang Bisnis di Tengah Bergesernya Perilaku Pasar” ini hadir Chairman CT Corp Chairul Tanjung serta Director Retailer Service The Nielsen Company, Yonki Susilo.

Baca juga:  Bupati Gede Dana Genjot Sektor Pertanian

Yonki Susilo menjelaskan, ritel adalah usaha yang berhubungan langsung dengan konsumen yang memiliki perubahan setiap waktu. Untuk itu, usaha ritel harus bisa mengikuti perubahan tersebut. “Yang paling cepat berubah maka akan menang,” ungkapnya.

Sejatinya, kata Yonki, usaha ritel tidak akan pernah mati sepanjang masih ada manusia dengan kebutuhannya. Yang mengalami penurunan adalah meraka yang tidak mau mengikuti perubahan.

Meski dikatakan pasar telah bergeser atau terjadinya disrupsi, hal itu bisa jadi keuntungan bagi pengusaha. Untuk itu pelaku usaha ritel harus sadar akan perubahan, memiliki data tren perubahan tersebut.

Baca juga:  Gunung Agung Erupsi, 8 Mobile BTS Telkomsel Siaga Jaga Kualitas Layanan

Hal senada juga diungkapan Chairul Tanjung, disrupsi membuat perubahan makin cepat. Dengan didukung teknologi, membuat inovasi makin mudah dilakukan.

Hal ini membuat terjadi perubahan gaya hidup mulai dari belanja yang merujuk kepada market place, metode pembayaran, cara bekerja yang bisa dimana saja dan sebagainya.

Beberapa hal tersebut akan memberi dampak berupa persaingan muncul darimana saja (import banyak masuk), amazon efect (banyaknya mal-mal di Amerika yang berguguran). Untuk itu, model bisnis ritel sekarang yang harus diubah. “Mall tidak lagi hanya jualan produk tapi bertemunya human (individu). Demikian juga ritel tradisional harus bisa bertransformasi, kalau tidak akan ketinggalan,” ungkapnya.

Baca juga:  Senilai Ini, Prediksi Kebutuhan Obat Herbal Dunia

Sementara itu, Ketua DPD Aprindo Bali AA Agra Putra mengatakan, beberapa pelaku usaha ritel telah mulai melakukan perubahan. Mereka mencoba memberikan apa yang dibutuhkan konsumen saat ini. “Seperti konsumen tidak perlu antre lama, begitu datang langsung ambil produk. Konsumen sekarang adalah ingin yang cepat,” ujarnya. (Widi/bisnisbali)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *