Seorang wisatawan sedang memberikan pakan ternak di peternakan sapi Sobangan. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Susu dari sapi Bali ternyata memiliki kandungan gizi yang tinggi. Hampir sama dengan ASI dan lebih bagus dari susu kambing.

Bahkan jika dibuat olahan seperti kefir, susu dari sapi Bali manfaatnya lebih bagus daripada yogurt. Namun saat ini sapi Bali hanya dimanfaatkan untuk tenaga dan diambil dagingnya. Sementara pemanfaatan susunya belum dilakukan.

Guru besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana Prof. Dr. Ir. I Nyoman Sucipta, MP menjelaskan, secara genetik, sapi Bali sama dengan sapi perah sehingga bisa diambil susunya. “Genetik tidak saja direkayasa atau disilangkan. Apalagi sapi Bali tidak boleh disilangkan. Bahwa sudah ada peraturan pemerintah sejak lama, sapi Bali harus dilestarikan, maka yang bisa dilakukan adalah mengadaptasikan dengan lingkungan,” ungkapnya Senin (15/7).

Baca juga:  Libur Manis Galungan, Wisatawan dan Umat Hindu Padati Tanah Lot

Sapi Bali dapat diambil susunya setelah melahirkan sampai usia 4 bulan. Namun semakin tua usia anaknya, semakin sedikit susu yang dihasilkan, yaitu sampai usia anaknya 4 bulan sisa susunya tinggal setengah liter.

Pada periode awal pasca melahirkan, dari 3,5 liter susu yang dihasilkan sapi Bali, 1,5 liter untuk anaknya, sisanya 2 liter bisa diperah untuk dimanfaatkan manusia.

Selama ini tidak banyak masyarakat yang memerah susu sapi Bali sehingga sisa susu dari hasil produksi di tubuh sapi hilang dan larut begitu saja dalam tubuh sapi. “Orang tidak menyadari sapi Bali ketika beranak masih tersisa, setengah untuk anaknya sehingga sisanya masih bisa diperah,” imbuhnya.

Baca juga:  Penyebaran Corona Meluas, Gianyar yang Andalkan Wisatawan Eropa Juga Dilanda Kekhawatiran

Ia berharap, selain sapi Bali untuk sapi pekerja dan sapi potong, juga bisa dijadikan sapi perah untuk mendapatkan susu karena kualitasnya bagus, lebih bagus dari susu kambing. Apalagi kalau diolah lagi menjadi produk–produk, seperti kefir. “Sementara kita punya keunggulan sapi Bali yang merupakan plasma nutfah,” ujarnya.

Kegiatan memerah sapi Bali inipun, menurutnya, bisa dijadikan skala industri. Namun untuk menjadi industri dibutuhkan inovasi dan kreativitas.

Bali pun telah memiliki sistem pertanian terpadu (Sipadu yang dulu bernama Simantri). Dari Sipadu inilah nantinya bisa dikembangkan industri susu sapi perah. Dalam pertanian Sipadu, sapi hanya digunakan untuk sapi potong dan sedikit untuk sapi pekerja.

Baca juga:  Pajak Jadi 40 Persen, Menparekraf Tanggapi Keluhan Pelaku Usaha Spa

Sementara untuk mendapatkan bibit sapi potong, sebagian bibit tersebut bisa dianakkan. “Untuk mendapatkan susu, maka perlu membuat kebijakan agar Sipadu tidak mengarah pada sapi potong saja atau penggemukan, tapi juga pembibitan. Waktu pembibitan ini kan susunya sisa, sehingga bisa diambil susunya,” jelasnya.

Yang diperlukan adalah membangun system untuk mendapatkan susu sapi Bali. Perlu juga edukasi pada petani untuk memerah susu sapi Bali. Upaya edukasi ini tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah tapi semua pihak. “Dengan hasil riset yang dilakukan Dr. Ir. Ketut Suriasih, M.App.Sc, ternyata mendapatkan susu seperti itu tidak susah, hanya perlu mengedukasi teknik memerah,” ungkapnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *