DENPASAR, BALIPOST.com – Wisata yang mengedepankan pertumbuhan jumlah dan mengabaikan kualitas akan berpotensi meningkatkan dampak negatif pada dimensi sosial budaya dan lingkungan Bali. Untuk itu dibutuhkan strategi berbeda dalam mengembangkan pariwisata berkualitas (quality tourism). Salah satunya dengan mengintensifkan wisata golf. Hal tersebut diterangkan Panudiana Kuhn usai ujian promosi Dokter di Gedung Pasca Sarjana Unud, Denpasar, Senin (29/4).

Menurutnya, golf merupakan sport tourism yang eksklusif. Pendapatan yang didapat dari seorang wisatawan golf sekali datang ke Bali sekitar 5.000-7.000 US dolar.

Pendapatan ini lebih tinggi hampir 3-4 kali lipat dibandingkan dengan wisatawan biasa. “Minimum 5.000-7.000 US dolar dalam sekali kunjungan dengan lama tinggal rata-rata satu minggu,” terang Panudiana Kuhn.

Baca juga:  Tiga Zona Merah Ini Dominasi Kematian COVID-19 di Bali, Puluhan Nyawa Melayang Selama 3 Minggu

Pengembangan wisata golf di Bali merupakan salah satu strategi mewujudkan pariwisata berkualitas, dan meningkatkan jumlah pengeluaran wisatawan. Mengingat wisata golf berpotensi sebagi pilar wisata buatan dengan ekspektasi pengembangan 60 persen, serta sebagai diferensiasi produk yang mampu menyerap segmen pasar khusus dengan daya beli tinggi.

Bali memiliki sekitar 6 lapangan golf, yang berada di wilayah Singaraja, Tabanan, Badung dan Denpasar. Jumlah tersebut masih kurang dalam pengembangan wisata golf.

Baca juga:  Hasil Mediasi, Gerindra Buleleng Diikutkan dalam Pileg 2019

Dari jumlah yang ada, diharapkan Bali memiliki 10 lapangan golf yang tersebar di sejumlah wilayah. Dengan begitu, akan mampu menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di Bali.

Untuk pengembangan lapangan golf, Panudiana Kuhn yang gemar bermain golf ini menyarankan sebaiknya dilakukan di daerah yang gersang. Karena itu akan mampu mengubah daerah yang awalnya gersang menjadi hijau dan menjadi destinasi pariwisata baru.

Dari Sport tourism ini akan memunculkan multiplier effect, seperti nantinya di sekitar lapangan golf akan muncul hotel, restoran, homestay, dan menjadi tempat penyaluran produk industri lokal. Dengan begitu semua industri akan tumbuh, baik itu pertanian, perikanan, peternakan, dan lainnya.

Baca juga:  Tutup Selama Pandemi COVID-19, Australia Kembali Buka Perbatasan Internasional

Untuk pengembangan hal tersebut, maka target tourism harus tercapai. Sedangkan sementara ini wisata golf di Bali masih menumpang dengan wisata budaya. “Supaya tamu itu tinggal lama di Bali, kita perlu atraksi yang lain, salah satunya golf. Ini mendorong wisatawan yang berduit untuk bermain golf di Bali,” papar penghobi golf tersebut. (Eka Adhiyasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *