Suasana UNBK SMP di Kabupaten Gianyar. (BP/nik)

Oleh I Kadek Darsika Aryanta

Nilai Ujian Nasional menjadi suatu hal yang menakutkan bagi sekolah dan juga siswa tidak jarang terjadi kasus bahwa kebocoran Ujian Nasional menjadi hal yang harus kita antisipasi bersama. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kebocoran-kebocoran soal Ujian Nasional yang terjadi merupakan indikasi bahwa integritas dari sebuah sekolah institusi maupun siswa perlu dipertanyakan.

Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) mulai diperkenalkan pemerintah sejak diberlakukannya Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) atau Computer Based Test (CBT) tahun 2015. Sekolah sebagai penyelenggara UN, memperoleh nilai IIUN yang menunjukkan tingkat kejujurannya dalam melaksanakan UN.

Spirit utama penetapan IIUN adalah mendorong semua pelaku UN untuk berperilaku jujur atau berintegritas dalam melaksanakan UN. Ujian Nasional perlu dijaga integritasnya karena dengan pelaksanaan ini akan mampu melatih kejujuran siswa. Melakukan Ujian Nasional berbasis komputer dapat menekan faktor kebocoran soal. Ujian Nasional berbasis komputer merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan nilai  integritas dan kualitas pelaksanaan Ujian Nasional.

Dengan melaksanakan UNBK sistem kebocoran tidak akan bisa dilakukan secara manual karena soal yang dikirim melalui online dan kemungkinan untuk di-hack itu sangatlah sulit. Oleh sebab itu, program pemerintah selanjutnya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah terus untuk meningkatkan pelaksanaan Ujian Nasional dengan menggunakan komputer. Dari tahun ke Tahun, pelaksanaan Ujian Nasional berbasis komputer terus digalakkan dan semakin meningkat jumlahnya.

Pelaksanaan Ujian Nasional berbasis komputer mulai dilaksanakan tahun 2015 dan terus dilaksanakan sampai tahun 2019. Dilansir dari website resmi UNBK pada tahun ini, total sekolah pelaksana UNBK untuk SMP/MTs berjumlah 294 sekolah, SMA/MA 178 sekolah, dan SMK 168 sekolah. Dari segi persentase nasional, pelaksanaan UNBK SMP adalah 68,9%, SMA 94,6%, dan SMK sebanyak 98,5%.

Baca juga:  Adaptasi UMKM Bali

Pada tahun 2019, tidak semua sekolah melaksanakan Ujian Nasional berbasis computer. Selama ini, Ujian Nasional berbasis komputer atau UNBK masih didominasi oleh Sekolah Menengah Atas ataupun SMK.  Kerja sama antara pemerintah provinsi dan kabupaten sangatlah perlu sehingga bisa dilakukan sharing infrastruktur, misalkan dengan meminjam lab komputer dari pendidikan SMA dengan SMP.

Mulai pada tahun pelajaran 2014/2015, nilai ujian nasional tidak menjadi penentu kelulusan. Dengan tidak menentukan kelulusan ini, maka sekolah diharapkan mampu melaksanakan Ujian Nasional secara lebih alamiah artinya pada saat pelaksanaan Ujian Nasional efek psikologis yang ada kepada siswa tidak akan selalu tertekan akan kelulusannya namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana membiasakan siswa tersebut untuk tidak menyontek.

Penekanan yang lebih inti lagi adalah dalam pelaksanaan Ujian Nasional tersebut kebiasaan menyontek sangatlah dilarang. Efek psikologis yang terjadi kepada siswa dari kebiasaan menyontek akan berdampak ke depannya. Budaya menyontek merupakan hal yang harus diharamkan oleh sekolah.

Budaya menyontek pada saat Ujian Nasional merupakan alat pembunuh karakter yang sangat berbahaya bagi siswa. Pembentukan karakter baik itu tidak serta merta harus secara instan namun terus dipupuk dari sejak usia sekolah. Kebiasaan-kebiasaan baik ini tentu saja yang dibangun selama 12 tahun usia sekolah diharapkan mampu untuk menjadikan siswa Indonesia sebagai siswa yang berkarakter dan memiliki integritas yang baik.

Tingkat kecurangan yang masih tinggi dalam pelaksanaan UN, meskipun UN tidak lagi menentukan kelulusan. Pelanggaran moral (kejujuran) penanganannya lebih berat daripada memperbaiki kinerja akademik (nilai yang rendah). Potret integritas yang masih rendah ini jika tidak kita intervensi, akan menentukan wajah masa depan bangsa Indonesia. Permasalahan bangsa Indonesia ini bukannya kekurangan orang yang pintar dan berkompeten, tetapi hilangnya integritas dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Baca juga:  Zonasi, Siapa yang Dirugikan?

Pelaksanaan Ujian Nasional yang berintegritas akan mampu melihat gambaran, bagaimana kualitas pendidikan Indonesia yang sebenarnya bagaimana juga pendidikan kualitas Bali. Gambaran ini tentu saja mampu untuk memberikan refleksi dan juga penanganan yang tepat terhadap sekolah-sekolah yang masih penguasaan kompetensinya kurang sehingga langkah-langkah kebijakan pemerintah bisa menjadi lebih tepat sasaran dan tidak mubazir. Langkah yang tepat ini tentu saja mampu mengakses kualitas pendidikan di Bali yang akan bisa menjadi lebih maju lagi.

Ujian Nasional ini tentu saja merupakan suatu program tahunan yang harus kita sukseskan bersama. Pelaksanaan ujian nasional yang integritas bisa menggambarkan bagaimana pelaksanaan dan juga evaluasi yang dilaksanakan oleh sekolah selama tiga tahun. Ujian Nasional pada tahun 2019 memiliki sedikit perbedaan dengan tahun-tahun Sebelumnya. Pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2019 ini dari segi konten soal harus memiliki konsep soal High Order Thinking Skill atau yang lebih disebut dengan HOTS. Soal-soal yang ada dalam Ujian Nasional ini tentu saja memerlukan pemikiran yang tinggi.

Diharapkan, siswa tidak perlu takut dengan hal ini dengan cara belajar lebih banyak lagi dan juga menunjukkan kejujuran siswa. Pelaksanaan Ujian Nasional yang jujur di sini dimulai dari bagaimana kejujuran siswa menjawab soal, kejujuran guru dalam mengawasi pelaksanaan Ujian Nasional, dan bagaimana kejujuran sekolah dalam memanajemen pelaksanaan dengan baik dan berintegritas. Diharapkan dengan adanya kejujuran dari seluruh sekolah ini tentu saja pemerintah dapat meningkatkan ataupun memberikan kebijakan yang jelas terhadap penanganan sekolah tersebut.

Baca juga:  Meritokrasi dan Kelangkaan Pengawas Sekolah

Efek dari integritas yang tinggi dari Ujian Nasional adalah tepatnya penanganan pemerintah dalam mengambil kebijakan kepada sekolah yang berujung pada pemerataan kualitas pendidikan. Pemerataan kualitas pendidikan ini tidak hanya bisa dibangun dari sistem zonasi, tetapi bagaimana pemerataan kualitas proses pembelajaran di kelas juga harus ditingkatkan. Dari indeks integritas inilah, kita dapat melihat kualitas pendidikan di setiap sekolah dan nilai Ujian Nasional dapat dijadikan sebagai titik penting dalam pelaksanaan peningkatan kualitas pendidikan di setiap sekolah.

Dampak lainya dari integirtas pelaksanan Ujian Nasional yang baik adalah gambaran nilai Ujian Nasional bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh perguruan tinggi dalam seleksi masuk perguruan tinggi. Artinya, di perguruan tinggi akan didapatkan insan- insan pendidikan atau calon-calon mahasiswa yang jujur selain itu juga dalam dunia kerja. Generasi muda yang menjadi peserta Ujian Nasional saat ini akan menjadi sarjana pada empat-lima tahun yang akan datang. Pada saatnya nanti, pada tiga puluh tahun yang akan dating, sudah menjadi pemimpin di antaranya pada beberapa level pemerintah, dunia usaha dan/atau organisasi kemasyarakatan. Karena itu, seluruh komponen masyarakat bertanggung jawab mengawasi pelaksanaan Ujian Nasional sebagai momentum untuk menguji kejujuran generasi muda bangsa.

Penulis, guru Fisika, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN Bali Mandara

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *