akomodasi
Ilustrasi. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Capaian perbankan nasional pada 2018 cukup bagus. Pertumbuhan kredit perbankannya merupakan yang tertinggi sejak 4 tahun terakhir.

Menurut anggota Dewan Komisioner OJK sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Heru Kristiyana, kinerja perbankan yang baik ini merupakan momentum meningkatkan pertumbuhan ekonomi. “Maka dari itu momentum pertumbuhan ini jangan sampai hilang. Momentum pertumbuhan ini harus kita pupuk, kembangkan lebih tinggi lagi,” ujarnya.

Ia memaparkan NPL secara nasional turun menjadi 2,3% dan NPL net-nya cuma 1,1%. “Itu bagus. Di saat industri tumbuh, kredit tumbuh, tapi risikonya malah turun,” ungkapnya.

Pada tahun ini, ia optimis kondisi ekonomi dan perbankan akan lebih  bagus. Karena di tahun-tahun sebelumnya, perbankan melakukan konsolidasi.

Upaya konsolidasi ini dinilai sudah selesai. “Kalau konsolidasinya kelar, mestinya pertumbuhan ini akan lebih bagus. Bank tidak akan memikirkan lagi bagaimana memupuk modal, mengurangi NPLnya, menagih kredit macet, konsolidasi sudah selesai. Ini momentum ini untuk tumbuh, di Bali juga demikian,” ujarnya.

Baca juga:  Bahasa Bali Dijadikan MKDU, Pansus Segera Kumpulkan Pimpinan PT se-Bali

Terkait Bali, kinerja sektor perbankannya tahun lalu agak melambat dibandingkan nasional. Terlihat dari pertumbuhan kredit yang melambat yaitu penyaluran kredit di Provinsi Bali sebesar Rp 85,97 triliun, hanya tumbuh 3,98% (yoy). Sedangkan pertumbuhan kredit nasional mencapai 12,88% tahun 2018.

Sementara itu NPL gross industri perbankannya sebesar 3,28%, membaik dari 2017 (3,42%). NPL Bali ini berada di atas NPL gross nasional yang hanya 2,37% (November 2018) dan NPL net hanya 1,14%.

Pengamat Ekonomi Bali  Viraguna Bagoes Oka mengatakan, potensi peningkatan NPL sudah terlihat sebelumnya, ditambah dengan rentetan kejadian- kejadian bencana alam. Perbankan pun juga melakukan pengetatan likuiditas.

Baca juga:  Diduga Langgar Aturan, Penutup Sungai di Petitenget Dibongkar

Dengan kondisi NPL yang cukup tinggi maka perlu tambahan likuiditas. “Kalau tidak dibantu dengan likuiditas baru, trendnya akan menjadi buruk,” ungkapnya.

BPD Bali sebagai agen pembangunan di daerah diharapkan berperan dalam situasi ekonomi Bali saat ini. BPD Bali diharapkan meningkatkan perannya terhadap banking aspect yang saat ini hanya 27%, masih sangat rendah. “Seharusnya BPD Bali sebagai agen pembangunan daerah Bali dia harus memiliki dominasi, paling tidak 40%-50%. Ini menjadi suatu tantangan. Dia harus  bisa merealisasikan itu untuk bisa berperan mendekati 40% di perbankan Bali, agar kuenya tidak diambil oleh perbankan lain,” tegasnya.

Untuk bisa merealisasikan peningkatan peran itu, BPD Bali harus segera merealisasikan sinergi dengan berbagai pihak dan melakukan revitalisasi ke dalam. Meski secara nasional, pertumbuhan perbankan cukup bagus, namun di Bali memang agak sedikit di bawah nasional. “Tapi saya yakin ke depan dengan kondisi yang lebih kondusif lagi, akan terdorong juga menjadi lebih tinggi,” tandasnya.

Baca juga:  BPJS Kesehatan Capai 4 Kali WTM Berturut-Turut

Kepala OJK Regional 8 Bali Nusa Tenggara Elyanus Pongsoda mengatakan, tahun 2019 OJK menargetkan pertumbuhan kredit secara nasional 9%-12%. Sementara di Bali, dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) khususnya BPD Bali menargetkan pertumbuhan kredit 9%. “Kita akan mendorong itu. Bahkan kalau misalnya nanti semester 1 tercapai, kita akan minta tingkatkan, 10%-11%. Karena tahun lalu, pertumbuhan kredit BPD Bali 1% sekian. Dari BPD Bali mengatakan alasan melambatnya pertumbuhan kredit karena tahun 2018 mereka melakukan konsolidasi sehingga perumbuhannya tidak terlalu kencang,” bebernya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *