Perwakilan UNESCO mengamati replika Gunung Ijen dengan kawah yang eksotik, baru-baru ini. (BP/ist)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Keaslian dan keindahan Taman Nasional Alas Purwo dan Gunung Ijen menarik perhatian UNESCO. Lembaga budaya milik PBB ini mulai memantau dua kawasan alam tersebut seiring persiapan penetapan Global Geopark Network (GGN) dari UNESCO.

Selain Alas Purwo dan Ijen, wisata Pantai Pulau Merah juga tak luput dari perhatian lembaga internasional tersebut. Akhir Desember kemarin, tim asesor UNESCO secara khusus memantau tiga obyek wisata alam milik Banyuwangi yang akan ditetapkan sebagai taman bumi dunia.

Sebelumnya, Gunung Ijen, Alas Purwo dan Pulau Merah sudah ditetapkan sebagai geopark atau taman bumi nasional. Kondisi ini membuat UNESCO ikut turun ke Banyuwangi melakukan pemantauan.

Baca juga:  Mudik Seru Menpar Arief Yahya Berujung Manis di Diaspora Banyuwangi

“Geopark tidak hanya sekadar bicara alam semata, tetapi seluruh aspek di dalamnya, seperti hayati dan kebudayaan. Banyuwangi memiliki kekayaan warisan geologi yang luar biasa dan lengkap. Mulai Pantai Pulau Merah, Gunung Ijen, jejeran taman nasional, hingga Suku Using yang memiliki akar budaya yang kuat,” kata Asesor GGN UNESCO Guy Martini, belum lama ini.

Pihaknya terkesan dengan keelokan Pulau Merah yang memiliki gunung indah di tengah laut. Lalu, Gunung Ijen dengan fenomena api biru dan kawah yang eksotik. Lalu, Taman Gandrung Terakota dengan visualisasi ratusan penari Gandrung di kaki Gunung Ijen.

Menurutnya, Ijen sangat menawan dari sisi geologi, lingkungan alam, dan kehidupan warga lokalnya. “Saya melihat kisah fantastik tentang gunung berapi, juga hutan yang indah dan mengagumkan di sepanjang perjalanan menuju Ijen,” ujar Martini.

Baca juga:  Bali Masuk Daftar 30 Situs Warisan Dunia UNESCO Terpopuler

Peneliti ini menyimpulkan Banyuwangi sangat potensial dan lengkap baik gelogical-nya, lingkungan alamnya, intangible heritage cultural (warisan budaya tak benda) hingga keanekaragaman hayatinya. “ Saya kira Banyuwangi punya semua elemen potensial untuk menjadi bagian dari Global Geopark Network,” ujarnya.

Martini menjelaskan, dengan berupaya menjadi bagian Geopark dunia sebenarnya Banyuwangi tengah menyiapkan rumah masa depan yang mampu memberi dampak positif bagi warga.

Sehingga bukan hanya memelihara kekayaan alam, namun juga bermanfaat bagi masyarakat setempat. Dan, mampu membangun konsep perekonomian dan pembangunan berkelanjutan dengan mengedepankan kearifan budaya lokal.

Baca juga:  Horee! Liburan ke Banyuwangi Makin Mudah

Dengan menjadi jaringan geopark dunia, nantinya Banyuwangi tidak akan terjebak dalam arus mass tourism, seperti banyak tempat lainnya di dunia.

“Pengelolaan di dalamnya menggunakan sistem kerja sama melibatkan masyarakat setempat. Begitu juga keberadaan rumah makan, homestay, dan pemandu wisata berbasis geopark. Mempromosikan produk lokal, mengedepankan budaya lokal sehingga masyarakat ikut merasa memiliki bangga dan ikut menjaganya,” imbuhnya.

Nantinya, agar bisa menjadi GGN UNESCO, Banyuwangi harus bisa membangun ekosistem yang mendukung. “Kekayaan alam Banyuwangi memang sangat special, tapi untuk menjadi geopark semuanya harus disiapkan,”pungkasnya. (Budi wiryanto/balipost)

 

 

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *