AMLAPURA, BALIPOST.com – Pantai Ujung di bagian selatan Taman Soekasada Ujung, Karangasem sudah mendapatkan penataan berupa program rehabilitasi pemasangan batu pengaman pantai. Saat ini batu pengaman yang dipasang mirip senderan beton itu mulai rusak karena terjangan ombak.

Kondisi tersebut tak hanya menjadikan kawasan pantai di Desa Tumbu, Kecamatan Karangasem itu kembali terancam abrasi. Tapi juga sangat mengganggu aktivitas nelayan. “Senderan sudah mulai rusak, mulai ada lobang-lobang besar. Selain itu juga senderan batunya sudah tidak rata lagi, banyak yang mekeplis (menonjol),” ungkap Suhaili (45), salah seorang nelayan setempat.

Baca juga:  Masa Depan Bali "Dihantui" Pencemaran Lingkungan

Nelayan asal Banjar Ujung Pesisi itu mengatakan rusaknya senderan batu menghambat aktivitas nelayan ketika akan turun dan balik melaut. Nelayan harus sangat berhati-hati karena salah sedikit bisa berakibat fatal, apalagi ketika ombak sedang besar. Salah sedikit nelayan bisa celaka, atau bisa juga jukung rusak karena terbentur dinding senderan.

Pantai Ujung dihuni sekitar 300 nelayan yang tergabung dalam beberapa kelompok nelayan. Rahman Maulana (40), mengatakan, sejauh ini sedikitnya sepuluh perahu nelayan pecah di bagian bawah lantaran terbentur batu.

Baca juga:  Targetkan "Zero" COVID-19 Akhir Mei di Bali, Ini Upayanya

Seorang nelayan bahkan harus dilarikan ke rumah sakit karena kakinya terbentur batu saat akan mendaratkan jukungnya. Rahman Maulana mengakui hadirnya pengaman pantai banyak nilai positifnya.

Selain mencegah abrasi, nelayan juga menjadi punya tempat untuk memarkir jukungnya. Negatifnya, banyak perahu yang rusak karena terantuk batu senderan. “Tonjolannya bisa sampai 40 cm, lubangnya bisa sampai setengah meter. Seandainya bisa dirapikan pastinya sangat bagus dan tidak mengganggu aktivitas nelayan,” ucapnya.

Baca juga:  Sejumlah Peserta Pilkada Serentak Gunakan Hak Pilih di Gianyar, Ini TPSnya

Rahman Maulana berharap pemerintah bisa turun tangan. Pasalnya upaya penanganan yang sempat dilakukan para nelayan tak bisa maksimal karena keterbatasan sumber daya.

Senderan batu di sepanjang bibir pantai sempat coba ditata dengan mendatangkan buruh, dananya melalui iuran nelayan. “Senderan dibangun sekitar 2008, rusaknya mulai 2010. Buruh yang nelayan sewa tak bisa menggeser bongkahan batu besar. Butuh alat berat, kami tak punya kemampuan,” pungkasnya. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *