Umat bersembahyang di Pura Prapat Agung. (BP/olo)
NEGARA, BALIPOST.com – Pujawali Pura Prapat Agung pada Purnama sasih Kalima jatuh pada Jumat (3/11) hari ini. Sehari sebelum pujawali, Kamis (2/11) atau tepat di hari Umanis Galungan, sejumlah Upacara dilaksanakan diantaranya Ngebejian dari Utama Mandala melalui Pura Taman Beji hingga ke Segara/Laut. Upacara selanjutnya dilanjutkan dengan Upacara Pecaruan dan Bhakti Pengoleman di Utama Mandala Pura Dang Kahyangan Prapat Agung.

Ketua Pengempon Pura Prapat Agung, Ida Bagus Susrama mengatakan rangkaian upacara dilanjutkan dengan Bhakti Penganyar pada Sabtu (4/11). Seluruh rangkaian pujawali akan ditutup dengan Upacara Panyineban pada Minggu (5/11) malam.

Baca juga:  Kawasan Eks Galian C Masuk “Zona Merah”

Pura Prapat Agung merupakan salah satu Pura Dang Khayangan yang berada di dalam kawasan hutan Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Berdasarkan Lontar Dwijendra Tattwa, Pura Prapat Agung sejatinya adalah asal permandian Ida Bhatara Sakti Dwijendra.

Di tempat inilah awal Dang Hyang Nirartha mempelajari dan menyelami peradaban masyarakat Bali. Hal ini ditandai dengan adanya tempat “payogan” bersamadhi Dang Hyang Nirartha di sisi kiri Utama Mandala Pura Prapat Agung. Selain mendalami tentang peradaban masyarakat Bali, dari payogannya, Dang Hyang Nirartha juga menciptakan sebuah telaga (kolam) yang diperuntukkan bagi hewan-hewan yang kehausan. Telaga tersebut tidak pernah kering meskipun terjadi kemarau panjang.

Baca juga:  Pohon Asem Timpa Dua Bangunan Pura di Ketewel

Kini di sisi utara telaga dibangun Pura Taman Beji, sebagai bagian dari Pura Dang Kahyangan Prapat Agung terutama saat pelaksanaan pujawali. Pura Dang Kahyangan Prapat Agung menyimpan banyak keunikan dan sejarah penting bagi umat Hindu di Bali.

Selain memiliki keunikan air telaga yang berwarna warni. Pura Prapat Agung juga menjadi tempat cikal bakalnya peradaban masyarakat Bali. Hal ini tertuang dalam dalam Lontar Dwijendra Tattwa. Dalam lontar tersebut, terdapat 35 tempat yang berkaitan dengan perjalanan suci siar keagamaan Dang Hyang Nirartha yang kemudian tempat tersebut didirikan Pura untuk mengenang dan memuja jasa Dang Hyang Nirartha. (Surya Dharma/balipost)

Baca juga:  Pajak Jadi 40 Persen, Menparekraf Tanggapi Keluhan Pelaku Usaha Spa
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *