pengungsi
Pengungsi Gunung Agung yang ada di Buleleng mulai kembali ke rumah masing-masing. (BP/dok)
SINGARAJA, BALIPOST.com – Warga Desa Ban, Kecamatan Kubu (Karangasem) yang mengungsi di Desa Les, Kecamatan Tejakula mulai mengalami permasalahan serius. Sejumlah warga setelah menepati tenda pengungsian di lahan milik warga di Desa Les kesehatannya mulai terganggu. Bahkan, satu orang pengungsi terpaksa dirawat inap di Puskemas Tejakula karena mengalami penyakit jantung.

Dia adalah Ni Wayan Tangkih (36) terpaksa dirawat di Puskemas Tejakula. Perawatan intensif itu dilakukan karena dari pemeriksaan dokter, Tangkih diketahui mengalami gangguan pada jantung.

Tak hanya itu, kondisi memperihatinkan dialami sejumlah bayi yang terpaksa tinggal di pengungsian. Bayi yang harusnya membutuhkan asupan gizi dan lingkungan rumah yang nyaman, justru harus kepanasan di dalam tenda dan rentan menghirup udara bercampur debu dari areal pemukiman.

Baca juga:  Dikira Bercanda, Ternyata Ini Dialami Desainer

Data dihimpun di posko pengungsian di Desa Les, Jumat (22/9) tercatat ada 16 warga Desa Ban mengalami kesehatannya terganggu sejak tinggal di pengusian sejak Rabu (20/9) lalu.

Selain pengungsi yang mulai mengalami gangguan kesehatan, kondisi bayi dan balita yang tinggal di tenda pengungsian kondisinya rawan terserang penyakit. Dari catatan petugas di posko pengungsian ada 24 bayi dan 13 orang balita.

Dari puluhan bayi itu ada satu orang bayi yang baru berumur 30 hari terpaksa tidur di bawah tenda pengungsian. Bayi ini merupakan anak pertama dari seorang ibu Komang Dewi (18). Sang ibu yang ditemani mertuanya mengaku terpaksa tingal di tenda pengungsian karena tidak memiliki kerabat yang bisa menampung selama masa siaga Gunung Agung. Selain bayi dan balita, di tenda pengungsian ini juga terdapat 26 oang lanjut usia (lansia), delapan orang ibu hamil dan seorang perempuan yang sedang hamil tua.

Baca juga:  Pendataan Pengungsi, PNPB Pusat Jadikan Denpasar Percontohan

Perbekel Desa Les, Kecamatan Tejakula Gede Susila ditemui di posko pengungsian menjelaskan, sejak desanya menjadi lokasi penampungan pengungsian pihaknya telah menyiapkan lokasi untuk menampung pengungsi yang membawa bayi, balita, dan juga anak-anak. Lokasi ini disiapkan di balai dusun yang ada di wilayahnya. Bahkan, dia sendiri sempat menawarkan ruang kamar rumah pribadinya untuk ditempati oleh pengungsi yang membawa anak-anak, namun ditolak oleh warga.

Baca juga:  Logistik Ini Diperlukan Pengungsi Balita

“Memang kami kasian sekali melihat kondisi kesehatan terutama bayi dan balita. Di sini udara panas dan siang hari debunya berterbangan. Kalau tidak lingkungan bagus, bisa saja kesehatannya terganggu. Kami siapkan tempat di balai dusun dan ada rumah penduduk, namun orangtuanya menolak menempati,” katanya.

Sementara Bupati IGA Mas Sumantri, S.Sos.M.AP., mengunjungi warganya. Bupati Karangasem menitipkan warganya untuk tinggal sementara menunggu situasi di Karangasem aman dari dampak kemungkinan Gunung Agung mengalami erupsi. “Kami titip warga di sini sampai situasi aman dan kerjasama untuk bersama-sama membantu kebutuhan warga di pengungsian ini terus kami lakukan, hingga warga kami ini bisa mendapatkan makanan, kesehatan, dan kebutuhan lain selama mengungsi,” jelasnya.  (mudiarta/balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *