DENPASAR, BALIPOST.com – Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemprov Bali yang berasal dari Buleleng tiba-tiba saja dikumpulkan oleh Gubernur Bali, Made Mangku Pastika. Gubernur asal Buleleng ini beralasan, para ASN hanya diingatkan untuk mau mengurusi kampung halamannya.

Utamanya terkait upaya pengentasan kemiskinan di kabupaten utara Bali itu. “Saya punya inisiatif, orang Buleleng ini kan banyak sekali di luar Buleleng. Ini di luar kedinasan lah, karena nanti kita harapkan bergabung juga para pengusaha, dosen, akademisi, siapa saja lah,” ujarnya usai mengumpulkan ASN asal Buleleng di Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Rabu (30/8).

Pastika membantah, pertemuan itu masih terkait dengan kritiknya terhadap Bupati Buleleng yang kerap menggelar festival. Padahal, angka kemiskinan di Buleleng adalah yang tertinggi di Bali.

Baca juga:  Hendak Melayat ke Bondalem, Mobil Rai Mantra Terbalik di Desa Penuktukan

Dikatakan, idenya ini justru terinspirasi dari Dino Patti Djalal yang membuat Diaspora Indonesia dan berhasil mengundang Barack Obama. “Saya berpikir kenapa kita nggak bikin. Ini kan potensial semua, masak nggak mau menyisihkan Rp 1000 misalnya. Sebenarnya secara terpisah-terpisah sudah kita kerjakan, saya misalnya di kampung saya, ada yang saya lakukan. Para lansia terlantar misalnya setiap bulan saya kasih beras,” jelasnya.

Pastika menambahkan, tokoh masyarakat atau ASN bahkan anggota dewan dari kabupaten lain yang ingin meniru juga dipersilakan. Khusus untuk Buleleng, pertemuan yang sama masih akan kembali digelar.

Terutama untuk merumuskan program supaya lebih tajam dan sejalan dengan program Pemkab Buleleng. Dengan demikian, ada hasil yang bisa dirasakan secara signifikan oleh masyarakat bumi denbukit. “Jadi misalnya Pemda kabupaten bikin apa, ya kita ikuti, kita dukung. Kan bagus kalau didukung oleh semua orang,” terangnya.

Baca juga:  Hakim Tolak Eksepsi Iskandar

Sebelumnya, Pastika memang sempat menyinggung masalah festival di Buleleng agar dievaluasi oleh Bupati setempat. Ditegaskan, evaluasi yang dimaksud bukanlah untuk menyetop samasekali gelaran festival. Namun, festival agar dibuat lebih efektif. “Festival itu artinya apa? Pesta. Masak setiap hari banyakan pesta, ya kan?! Kalau sugih (kaya, red) silakan saja, maksudnya evaluasi,” tandasnya.

Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana membeberkan pertumbuhan perekonomian sampai dengan 2016 sebesar 6,01 persen. Angka ini berada di atas angka pertumbuhan nasional sebesar 5,02 persen. Terkait kemiskinan, persentasenya dikatakan menurun 0,95 persen dari 6,74 persen di tahun 2015 menjadi 5,79 persen di tahun 2016.

Baca juga:  Penerima BLT di Gianyar Dikeluhkan Tak Tepat Sasaran

Menyikapi diselenggarakannya berbagai festival, dijelaskan bahwa salah satu program 12 PAS adalah pelestarian budaya. Oleh karena itu, dengan adanya festival yang dikemas dengan berbagai nama semakin mendukung proses penggalian, pelestarian, pengembangan sekaligus promosi potensi daerah.

Dari sisi jangka pendek, festival dengan kasat mata dapat dilihat sebagai wahana kepada masyarakat kecil untuk terlibat mendapatkan keuntungan melalui penjualan aneka produk dalam daerah. “Dengan adanya festival, tentunya mereka bisa mendapatkan keuntungan yang lebih. Festival senantiasa diikuti oleh proses transaksi ekonomi yang dilakukan masyarakat kecil,” jelasnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *