Vaksinasi Rabies yang dilakukan di sejumlah desa di Jembrana beberapa waktu lalu. Hingga akhir tahun jumlah korban meninggal dunia suspect rabies tiga orang. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Kasus kematian warga yang diduga terpapar rabies masih menjadi perhatian serius di Kabupaten Jembrana. Sepanjang tahun 2025, tercatat tiga warga dilaporkan meninggal dunia dengan status suspek rabies. Secara umum, para korban menunjukkan gejala khas rabies, mulai dari kesulitan menelan makanan dan minuman (disfagia), hingga ketakutan berlebihan terhadap air dan hembusan angin (hidrofobia).

Dari tiga kasus hingga Desember 2025, salah satunya menimpa seorang anak laki-laki berusia 8 tahun asal Kecamatan Negara. Korban diketahui memiliki riwayat gigitan anjing peliharaannya beberapa bulan sebelum meninggal dunia. Anjing tersebut dilaporkan mati sekitar tiga pekan setelah menggigit korban.

Petugas kesehatan kembali mengingatkan masyarakat agar tidak menyepelekan gigitan Hewan Penular Rabies (HPR), seperti anjing maupun kucing. Warga yang pernah diserang atau digigit HPR diminta segera mendatangi fasilitas kesehatan (faskes) terdekat untuk mendapatkan penanganan medis. Pasalnya, sebagian besar korban meninggal dunia suspek rabies diketahui tidak melapor atau memeriksakan diri setelah mengalami gigitan.

Baca juga:  Imigrasi Terima 76 Permohonan Perpanjangan Izin Tinggal WN Tiongkok

Berdasarkan data yang dihimpun, anak berusia 8 tahun yang meninggal dunia tersebut diketahui bernama I Gusti Agung FW. Ia sempat digigit anjing peliharaannya pada bagian betis kaki kiri sekitar Maret 2025. Dua hingga tiga pekan setelah kejadian, anjing tersebut mati dan dikubur oleh pihak keluarga. Saat diperiksa tenaga kesehatan, korban telah menunjukkan gejala yang mengarah pada rabies.

Pada Senin malam, 12 Mei 2025 sekitar pukul 19.45 Wita, korban dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat RSU Negara dengan kondisi penurunan kesadaran. Selain itu, korban juga tampak tidak nyambung saat diajak berkomunikasi, enggan makan, serta takut minum air.

Kasus suspek rabies lainnya terjadi pada 19 Februari 2025. Seorang warga berinisial IKKW asal Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, meninggal dunia dengan gejala perubahan perilaku, tidak mampu menelan makanan dan minuman, serta menunjukkan ketakutan terhadap angin.

Baca juga:  Memprihatinkan, Narkoba Merambah Pelosok Desa

Sementara kasus ketiga menimpa warga berinisial IMA (39) asal Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo. Korban sempat menjalani perawatan di RSU Balimed Negara dengan keluhan takut angin dan air, serta didiagnosis mengalami disfagia. IMA dinyatakan meninggal dunia pada Selasa (23/12) dan telah menjalani prosesi pengabenan pada Minggu (28/12) lalu.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Jembrana, dr. I Gede Ambara Putra, Selasa (30/12) kepada wartawan membenarkan adanya tiga kasus kematian warga dengan status suspek rabies tersebut. “Sampai saat ini tercatat tiga orang meninggal dunia suspek rabies,” ujarnya.

Menurut Ambara, kasus-kasus tersebut mencerminkan masih adanya sikap abai sebagian masyarakat terhadap risiko rabies. Gigitan HPR kerap dianggap hal sepele, padahal setiap gigitan memiliki potensi risiko yang sangat berbahaya. “Terutama jika luka gigitan terjadi di area berisiko tinggi seperti ujung jari tangan atau kaki. Risiko kematian sangat besar jika tidak ditangani dengan tepat,” tegasnya.

Baca juga:  Daerah Ini, Terbanyak Sumbang Tambahan Kasus COVID-19 Juga Sembuh dan Meninggal Harian

Ia kembali menekankan pentingnya penanganan awal pasca gigitan HPR. Masyarakat diminta segera mencuci luka dengan sabun di bawah air mengalir minimal selama 10 menit, lalu segera melapor dan mendatangi faskes terdekat atau rabies center yang tersedia di Gumi Makepung.

“Selama ini banyak warga yang selamat karena cepat melapor dan mendapatkan penanganan medis, seperti vaksin anti rabies (VAR) maupun serum anti rabies (SAR). Sebaliknya, kasus meninggal dunia suspek rabies justru terjadi pada mereka yang tidak melapor dan tidak mendapatkan penanganan sejak awal,” pungkasnya. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN