
DENPASAR, BALIPOST.com – Imbauan peniadaan pesta kembang api pada malam pergantian tahun telah dikeluarkan oleh beberapa instansi. Termasuk di Kota Denpasar. Larangan pesta kembang api sudah dikeluarkan oleh Kepolisian Resor Kota Denpasar. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap bencana yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Meski demikian, toko kembang api tetap diserbu warga terutama untuk pembelian secara pribadi. Salah satunya nampak pada distributor kembang api di kawasan Kargo, Denpasar. Pemilik Sofie Mandiri Fireworks, Agus Saputra mengatakan, permintaan kembang api tetap tinggi. Khususnya untuk penggunaan pribadi atau yang akan dijual kembali.
Meski demikian ada beberapa vendor dari hotel yang sebelumnya melakukan pemesanan membatalkan pembelian akibat imbuan tersebut. “Tapi kalau penjualan masih tetap tinggi. Tidak jauh berbeda dari tahun lalu,” terangnya.
Hal tersebut dikatakannya karena sebagaian besar pembelinya adalah perorangan atau pengguna pribadi. Selain itu, beberapa hotel yang sudah menawarkan paket tahun baru dengan perayaan kembang api kepada wisatawannya tidak bisa dibatalkan sehingga tetap melanjutkan pembelian.
Menurutnya imbauan melarang pesta kembang api tahun ini lebih kepada untuk pesta yang menghadirkan banyak orang. Hal tersebut sebagai bentuk kepedulian terhadap bencana yang terjadi di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat. Untuk itu pembeli perorangan masih tetap ramai tahun ini.
Demikian dikatakan Agus, ramainya pembelian kembang api di tempatnya sudah mulai sejak 25 Desember lalu. Puncak keramaian terjadi pada H-2 hingga paling ramai pada 31 Desember nanti. Harga kembang api di tempatnya beragam mulai Rp5.000 hingga Rp10 juta per pax. “Paling besar itu yang 1.200 short. Itu biasanya disukai tamu asing atau vila. Beberapa orang lokal juga suka, hanya tidak banyak,” ungkap Agus.
Sementara itu, salah seorang Warga Negara Belanda yang ditemui di toko kembang api, Tony mengaku perayaan malam tahun baru akan kurang jika tidak ada kembang api. Dia yang saat ini tinggal di wilayah Uma Alas, Badung, mengaku membeli kembang api cukup banyak. Di negaranya kembang api juga dilarang, namun pada malam tahun baru tetap diijinkan sebagai perayaan malam pergantian tahun. (Widi Astuti/bisnis bali)









