
BANGLI, BALIPOST.com – Upaya penanggulangan stunting di Kabupaten Bangli menunjukkan hasil positif. Berdasarkan data terbaru, angka prevalensi stunting di Bangli berhasil diturunkan sebesar 1,9 persen.
Sekretaris II Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Bangli, Dewa Agung Purnama, Kamis (13/11) mengatakan, berdasarkan data SSGI, Bangli menjadi satu dari tiga kabupaten di Bali yang mencatatkan penurunan angka stunting. Pada 2023 angka prevalensi stunting di Bangli tercatat 10,2 persen, kemudian pada 2024 turun menjadi 8,3 persen. Penurunan prevalensi stunting di Bangli menjadi persentase penurunan tertinggi di Provinsi Bali. Meskipun demikian, secara umum, diakuinya Bangli saat ini masih menempati posisi ketiga tertinggi dalam hal prevalensi stunting di Bali, setelah Buleleng dan Karangasem.
Agung Purnama mengatakan, penurunan angka stunting ini berkat kerja keras dan sinergi dari berbagai pihak. Upaya penanggulangan stunting selama ini dilakukan dengan melibatkan posyandu, perangkat desa, dinas/instansi terkait lainnya. Penanggulangan stunting juga aktif dilakukan oleh Tim Penggerak PKK yang turun langsung ke desa-desa. Salah satu fokusnya adalah mengumpulkan calon pengantin (Catin) bersama Perbekel, Kelian Dinas, dan PKK Desa untuk diberikan pemahaman. “Terutama dalam hal pola asuh anak,” kata
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPMDPPKB) Bangli itu.
Untuk mempercepat penurunan stunting kedepan, TPPS Bangli telah merancang beberapa langkah strategis. Salah satunya menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi untuk dilakukan penelitian dan pemberian pendampingan kepada keluarga beresiko stunting. Selain itu TPPS juga menyiapkan program orang tua asuh. Selain penyuluh KB yang sudah berjalan, pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Kepala Sekolah (Kasek) akan disiapkan untuk menjadi orang tua asuh. “Kami masih merapatkan teknis dengan penyuluh KB supaya teknis di lapangan berjalan lancar,” terangnya. (Dayu Swasrina/balipost)










