
DENPASAR, BALIPOST.com – Tahun 2025, Denpasar menyelesaikan 17 pembangunan sekolah baik SD maupun SMP. Dominan konsep gedung sekolah di Denpasar saat ini berlantai 2. Dewan pun mendorong konsep ini agar dapat memanfaatkan sisa lahan untuk halaman.
Ketua Komisi III DPRD Denpasar I Wayan Suadi Putra, Jumat (7/11) mengatakan, dari beberapa sekolah yang ditinjau akhir tahun ini, hampir semuanya berlantai 2. Namun dikatakan, jika kebutuhan sekolah masih dapat dipertahankan satu lantai dan layak mendapatkan rehab 1 lantai, maka akan dikerjakan.
“Tapi dari hasil tinjauan dewan beberapa bulan kemarin, hampir semua berlantai 2. Kita mendorong seperti itu, agar sisa lahan dapat digunakan untuk halaman sekolah dan ruang terbuka hijau,” ujarnya saat meninjau pembangunan gedung SDN 2 Peguyangan.
Namun ia mencermati dari hasil peninjauan ke sekolah- sekolah yang mendapatkan bantuan fisik, pengerjaan halaman, tembok panyengker, padmasana tidak tuntas seperti yang terjadi di SDN 1 Padangsambian dan SDN 2 Peguyangan.
Untuk itu ia minta Disdikpora berkordinasi dengan ULP (Unit Layanan Pengadaan). “Saya khawatir banyak permintaan gedung yang lain sehingga pekerjaan halaman, tembok panyengker dan padmasana ini tertinggal,” tandasnya.
Kepala SDN 2 Peguyangan Ni Wayan Riangningsih didampingi komite mengatakan, gedung berlantai 2 yang sudah rampung itu memiliki 8 ruangan namun ia berharap agar padmasana, tembok panyengker dan halaman sekolah juga agar dibantu.
Saat ini posisi padmasana berada di tengah-tengah halaman sekolah, yang mana seharusnya berada di pojok utara- timur. Selain itu kondisi halaman sekolah juga masih menggunakan batu kerikil dan kondisi tembok panyengker dalam posisi rendah. Ia berharap nanti ada pembangunan gedung lanjutan di sisi timur sekolah.
Kabid SD Disdikpor Denpasar I Nyoman Suriawan menjelaskan, pembangunan gedung tidak satu paket pekerjaan dengan halaman, padmasana serta tembok panyengker. Hal itu karena kodefikasi rekeningnya berbeda, membuat penganggaran pembangunan gedung di tahun yang sama, ada kemungkinan vendor pemenangnya berbeda.
“Sehingga dikhawatirkan ada benturan dalam pelaksanaan, namun usulan atau masukan DPRD akan dikoordinasikan dengan OPD terkait untuk pelaksanaan pembangunan yang akan datang,” tandasnya.
Anggota DPRD Denpasar Ketut Sudana mengatakan, SDN 2 Peguyangan merupakan sekolah tertua di Peguyangan dan bangunan pertama sekolah tersebut merupakan peninggalan Belanda.
Namun pada tahap renovasi kedua, sisa bangunan peninggalan Belanda habis diperbaiki. “Mestinya bisa masuk sekolah cagar budaya karena sekolah tertua di Peguyangan,” ungkap tokoh masyarakat Peguyangan ini.
Ia berharap pembangunan fisik yang bagus dibarengi kualitas pendidikan yang dihasilkan juga bagus. Anggota DPRD Denpasar Agus Wirajaya mengatakan, kualitas pekerjaan bangunan sekolah dibandingkan dulu jauh meningkat, namun sekolah di era ini jangan sampai melupakan aspek keamanan dan privasi agar anak-anak aman.(Citta Maya/balipost)









