
SINGARAJA, BALIPOST.com – Hilirisasi sektor perikanan, khususnya komoditas bandeng local di Kabupaten Buleleng terus mendapat dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng. Langkah nyata ini diwujudkan melalui peluncuran Gerakan Bandeng Bal di Seririt, Kamis (30/10).
Inisiatif yang digagas oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Daerah Bali) ini secara resmi dibuka oleh Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus Daerah MAI Provinsi Bali.
Gerakan ini menandai langkah besar transformasi pola produksi perikanan dari sekadar penyediaan benih (nener) menuju budidaya bandeng konsumsi berkelanjutan, dengan tujuan meningkatkan nilai ekonomi, membuka peluang ekspor, sekaligus memperkuat ketahanan pangan berbasis protein.
Buleleng dan Jembrana selama ini dikenal sebagai sentra produksi nener terbesar di Bali, dengan potensi mencapai hampir 15 miliar ekor per tahun. Namun, sebagian besar hasil tersebut masih terserap untuk kebutuhan budidaya di luar daerah seperti Filipina dan Jawa Tengah, di mana budaya konsumsi bandeng jauh lebih tinggi. Sementara di Bali sendiri, konsumsi bandeng masih relatif rendah.
Menurut Wabup Supriatna, situasi ini menjadi momentum penting untuk mengubah paradigma industri bandeng di daerah.“Peluang inilah yang harus kita tangkap, supaya potensi besar yang dimiliki Buleleng bisa terserap untuk kebutuhan konsumsi lokal,” tegasnya.
Ia berharap, seminar ini dapat melahirkan gagasan konkret untuk memperkuat rantai pasok dari hulu (pembenihan) hingga hilir (produk konsumsi bernilai tambah). Sebagai langkah strategis, Pemkab Buleleng bersama MAI Bali berencana mengembangkan “Kampung Bandeng” di kawasan sentra pembenihan yang sudah ada yakni di Desa Patas dan Desa Sumberkima, Kecamatan Gerokgak. Wilayah ini akan difokuskan sebagai pusat pengembangan budidaya bandeng konsumsi secara masif dan terintegrasi.
“Gerakan ini sebenarnya sudah dimulai bersamaan dengan pelantikan pengurus MAI Provinsi Bali. Sekarang kita pertegas dengan aksi nyata di lapangan,” tambah Supriatna.
Tak hanya berfokus pada penyerapan di wilayah sendiri, gerakan ini juga diarahkan untuk menembus pasar nasional bahkan internasional. Produk Bandeng Bali diharapkan menjadi ikon kuliner khas Buleleng dan oleh-oleh unggulan daerah.
Sejumlah uji coba pasar telah dilakukan dengan hasil menggembirakan. Produk seperti bandeng cabut duri dan bandeng hollow (tanpa duri) telah dikirim ke Surabaya dan mendapat respons positif dari konsumen.
Dari sisi kebijakan, Pemkab Buleleng bersama Pemerintah Provinsi Bali tengah menyiapkan regulasi pendukung untuk mempercepat pengembangan industri bandeng. Salah satu kendala utama yang akan diatasi adalah terbatasnya lahan darat di Bali yang mahal. Sebagai solusi, pemerintah akan mengoptimalkan potensi laut sebagai lokasi budidaya bandeng berkelas premium.
“Kita akan kembangkan konsep bandeng premium Bali. Budidayanya akan diarahkan ke laut sebagai sumber protein berkualitas tinggi bagi masyarakat,” tutup Supriatna. (Yudha/balipost)










