Gubernur Bali, Wayan Koster. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Pemerintah Provinsi Bali tengah berupaya keras mengatasi berbagai masalah ekosistem di Bali, terutama sampah. Sebab, selama ini pola penanganan sampah di Bali belum optimal. Demikian disampaikan Gubernur Bali, Wayan Koster saat mendampingi Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono dalam acara Green Infrastructure Initiative Waste Clean Up di Batu Lumbang Mangrove Bali, Senin (13/10).

Ia mengatakan sampah hanya ditumpuk, diangkut, lalu dibuang di TPA Suwung. Sehingga, memgakibatkan gunungan sampah di TPA tersebut.

“Selama ini sampah hanya ditumpuk, diangkut dan dibuang dan mengakibatkan gunungan sampah sepertinya di TPA Suwung,” ujar Gubernur Koster.

Koster tidak menampik bahwa pencemaran lingkungan dan rusaknya ekosistem menjadi salah satu permasalahan krusial yang sedang terjadi di Bali. Hal ini tidak terlepas dari dampak pariwisata, yang tidak hanya mendongkrak ekonomi Bali namun juga memberikan dampak negatif bagi ekosistem alam dan lingkungan di Bali.

Baca juga:  Mewujudkan Bali Bersih dengan Produk Inovatif

Terkait permasalahan sampah, Koster menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Bali tengah menggencarkan Program Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber mulai dari tingkat rumah tangga hingga di tingkat desa dan desa adat.

“Kemudian khusus untuk daerah perkotaan dan industri pariwisata karena tidak bisa sepenuhnya menggunakan sistem pengelolaan sampah berbasis sumber, maka kami sudah mendapatkan arahan dari Pemerintah Pusat terkait pemanfaatan teknologi untuk mengolah sampah menjadi energi,” ungkapnya.

Koster menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Bali pun telah menyiapkan berbagai persyaratan yang diminta oleh pemerintah pusat mulai dari penyiapan lahan dengan luas minimal 5 Ha, memastikan kapasitas produksi sampah minimum 1000 ton per hari hingga menyiapkan regulasi di tingkat daerah.

Gubernur asal Desa Sembiran, Buleleng tersebut mengapresiasi Menteri AHY atas dukungannya dalam upaya pelestarian alam dan lingkungan Bali termasuk pelestarian hutan mangrove di Bali. “Kami juga berharap dalam hal kapasitas Bapak sebagai Menko Infrastruktur selain sampah, kemacetan juga menjadi sorotan utama kami di Bali. Karena itu kami juga memohon dukungan Bapak Menko untuk mendukung perkembangan pembangunan infrastruktur di Provinsi Bali khususnya untuk mendukung sektor Pariwisata,” jelas Koster.

Baca juga:  PSSI Jaga Ketat Pemain Timnas Indonesia

Sementara itu, Menko AHY menyampaikan bahwa Bali selalu diandalkan sebagai daya ungkit sektor pariwisata yang memiliki kontribusi sangat signifikan pada ekonomi Indonesia serta membawa reputasi Indonesia ke dunia Internasional. Oleh sebab itu, kelestarian alam dan lingkungan Bali harus dijaga dengan segala daya dan upaya.

“Terima kasih Bapak Gubernur beberapa waktu lalu sudah datang ke Jakarta ke kantor saya untuk menyampaikan tiga isu di Bali yaitu isu tata ruang, kemacetan dan sampah,” jelasnya.

AHY menjelaskan tata ruang jika disalahgunakan atau diabaikan akan berdampak buruk dan menyebabkan bencana seperti banjir yang beberapa waktu lalu melanda Bali. Begitu pun dengan kemacetan dan sampah.

Baca juga:  Bupati Sampai Tokoh Masyarakat Apresiasi Kerja Keras Gubernur Koster dan Wagub Cok Ace Membangun Klungkung

Peningkatan jumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang ke Bali tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat namun juga dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti masalah kemacetan dan sampah.

“Ada paradoks yang terjadi. Semakin banyak wisatawan domestik dan mancanegara akan menghadirkan ekonomi tapi pada saat yang bersamaan kita juga tidak boleh membiarkan terjadi Eksploitasi terhadap Bali walaupun mengastasnamakan pariwisata,” jelas AHY.

Ia setuju bahwa penanganan sampah harus dilakukan dari hukum ke hilir, dari tingkat rumah tangga hingga industri. Menurutnya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus duduk bersama untuk mencarikan solusi lebih permanen dan berkelanjutan. Ia berjanji akan selalu mengawal permasalahan tata ruang, sampah dan kemacetan di Bali untuk mendapatkan solusi terbaik. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN