Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Putu Sumardiana. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Desa Seraya Timur, Karangasem, menjadi lokasi pertama di Bali yang ditetapkan sebagai Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP), sebuah program nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui pengelolaan kawasan terpadu.

KNMP ini memperoleh anggaran sekitar Rp22 miliar dan ditargetkan rampung pada Desember 2025.

Proyek ini juga menjadi pilot project di Provinsi Bali dengan fasilitas lengkap mulai dari cold storage, pabrik es, bengkel kapal, hingga pusat kuliner.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Putu Sumardiana, mengatakan program ini sepenuhnya didanai oleh KKP dan saat ini tengah dalam tahap pembangunan fisik.

Menurut Sumardiana, kawasan tersebut dirancang untuk menjadi pusat kegiatan ekonomi perikanan terpadu yang tak hanya berfokus pada penangkapan, tetapi juga penanganan pascapanen dan pengembangan ekonomi masyarakat pesisir.

Baca juga:  Malam Pergantian Tahun, Denpasar Imbau Tak Nyalakan Kembang Api dan Petasan

Dengan adanya kawasan Kampung Nelayan Modern ini diharapkan bisa memberikan kesejahteraan pada nelayan.

Ia mencontohkan, dengan keberadaan fasilitas gudang beku (cold storage), harga ikan di musim panen dapat lebih stabil. “Selama ini kalau musim panen dan tidak ada gudang beku, harganya bisa Rp3.000 per kilo. Tapi dengan adanya gudang beku, bisa sampai Rp5.000, Rp6.000, bahkan Rp8.000–Rp15.000 per kilo,” ujarnya, Kamis (9/10).

Seraya Timur dipilih karena memiliki jumlah nelayan terbesar di Bali. “Di sana jumlah nelayannya paling besar, sekitar 5.000 orang dari total 17.000 nelayan di seluruh Bali. Jadi, sekitar 30 persen nelayan Bali ada di Karangasem,” ungkapnya.

Selain faktor jumlah, komitmen masyarakat dan dukungan pemerintah daerah menjadi alasan kuat pemilihan lokasi.

Baca juga:  Astra Motor Bali Apresiasi Konsumen Jelang Hari Pelanggan Nasional 2020

“Masyarakatnya komitmen, sudah jalan, dan memang butuh. Ini kan usulan dari bawah. Pemerintah daerah mulai dari kepala desa, camat sampai bupati semuanya mendukung. Makanya ketika diajukan ke pusat, lolos,” tutur Sumardiana.

Ia mengungkapkan pembangunan fisiknya sudah 15 persen. Sumardiana menambahkan, Kementerian menargetkan pembangunan 100 kampung nelayan secara nasional tahun ini, dan meningkat menjadi 1.000 kampung nelayan pada 2026.

“Kalau di Bali, yang penting sebanyak-banyaknya mengusulkan. Saya sekarang keliling terus memastikan bahwa uang sudah ada di pusat, yang penting dari daerah ajukan proposal,” ujarnya.

Untuk tahap berikutnya, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali tengah mengusulkan dua lokasi tambahan di Kabupaten Karangasem, masing-masing di wilayah Manggis dan Desa Anyar, yang kini masuk tahap verifikasi.

Baca juga:  Hari Bumi, XL Axiata - KKP Bersihkan Pantai dan Sosialisasi Aplikasi Laut Nusantara

“Rencana tahun 2026 mau nambah lagi dua desa di Karangasem, tapi masih verifikasi. Karangasem ini jadi pilot project karena masyarakatnya paling responsif,” katanya.

Lebih jauh, Sumardiana menyebut proyek serupa juga tengah dikaji untuk diterapkan di kabupaten lain seperti Gianyar, Jembrana, dan Buleleng. “Kami sudah bantu membuatkan proposal untuk kabupaten lain. Syarat utamanya adalah masyarakatnya mau dan lahannya jelas. Kalau enggak ada nelayan, ya enggak bisa,” tegasnya.

Selain fasilitas utama seperti cold storage dan pabrik es, Kampung Nelayan Merah Putih juga akan dilengkapi dengan balai nelayan, pemukiman, dan sentra kuliner yang berpotensi menjadi daya tarik wisata baru.

“Nanti arahnya juga bisa dijadikan pariwisata karena ada sentra kuliner dan fasilitas lain yang mendukung,” ujar Sumardiana. (Ketut Winata/balipost)

BAGIKAN