Tim verifikasi lapangan Indikasi Geografis (IG) saat turun ke Klungkung. (BP/istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com -Tenun Cepuk khas Nusa Penida, Klungkung, berpeluang mengantongi Sertifikat Indikasi Geografis, setelah Tim Verifikasi Lapangan Indikasi Geografis (IG) dari perwakilan Direktorat Jendral Kekayaan Intlektual Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI, turun ke Klungkung, Senin (22/9). Dengan IG ini, Tenun Cepuk akan mendapatkan perlindungan hukum terhadap produk, peningkatan nilai tambah, daya saing produk dan peluang pasar yang lebih luas.

Kedatangan Tim Verifikasi ini diterima Bupati Klungkung, I Made Satria didampingi Kepala BRIDA Klungkung, I Ketut Budiarta. Pada kesempatan itu, Bupati Satria mengatakan IG dapat memberikan dampak positif pada keberlanjutan Tenun Cepuk maupun para pengrajinnya. “Dengan mendaftarkan produk kain Tenun Cepuk, dan mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis, keaslian dan keunikan produk tersebut dapat dijaga, dan kekayaan budaya daerah tetap lestari,” kata Bupati Satria.

Baca juga:  Songket Jembrana mulai Go International

Ia berharap dari tim ini terus melakukan pendampingan dan mendorong para pengrajin Tenun Cepuk untuk terus berproduksi. IG ini akan memberikan jaminan hukum bahwa produk tersebut asli. Sehingga melindungi produsen dari peniruan atau pemalsuan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. “IG ini membantu mengangkat citra dan identitas daerah asal produk, serta memperkenalkan budaya dan keunikan wilayah asalnya,” imbuh Bupati Satria.

Baca juga:  Pungutan Wisman Diharapkan untuk Tangani Sampah dan Peningkatan Sapras

Produk dengan IG cenderung memiliki nilai jual lebih tinggi karena diakui memiliki kualitas dan keunikan spesifik dari daerah asalnya. Layaknya lukisan wayang khas Desa Kamasan, yang akhirnya secara resmi mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) tahun 2024.

Aktivitas Tenun Cepuk ini hingga kini masih dilestarikan di Desa Tanglad, Nusa Penida. Ciri khasnya adalah motif segitiga atau zig-zag dengan warna cerah, serta pola berlubang (rangrang). Kain ini dibuat menggunakan pewarna alami dari tanaman dan memiliki fungsi khusus tergantung motifnya. Awalnya, kain ini digunakan sebagai perlengkapan ritual keagamaan dan bersifat sakral. Namun kini telah digunakan secara lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Kekhasan Tenun Cepuk juga menjadi daya tarik wisata tersendiri di Nusa Penida. (Bagiarta/balipost)

Baca juga:  Tenun Terancam Punah

 

BAGIKAN