Salah satu rumah warga Desa Pesinggahan yang terancam ambruk. Rumah ini berlokasi di tepi Sungai Bugbugan. (BP/istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Cuaca ekstrem hujan lebat memicu luapan air Sungai Bugbugan, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung. Alur sungai sepanjang 2 km ini kian melebar, menggerus lahan-lahan warga hingga pekarangan rumah warga. Bahkan, dua rumah di alur sungai ini terancam ambruk, jika sungai ini tidak segera dibangun senderan.

Perbekel Desa Pesinggahan, Nyoman Suastika, Selasa (16/9), mengatakan, dua rumah itu adalah milik warga setempat, I Nyoman Sudira dan I Made Raka. Sejumlah bangunan milik Nyoman Sudira bahkan sudah roboh terbawa air sungai yang meluap pascahujan lebat. Sementara, di rumah Made Raka, bangunan palinggihnya sudah amblas dan bangunan utama rumah tinggal berjarak sekitar 2 meter saja dari tepi sungai.

Baca juga:  Investasi di Bali Selatan Perlu Dimoratorium

“Kami dari desa sebenarnya sejak awal sudah mengajukan proposal untuk pembangunan senderan Sungai Bugbugan dari hulu sampai hilir ke BWS Bali-Penida. Bahkan, sejak 12 tahun lalu, ketika rumah-rumah penduduk masih berjarak 15 meter dari bibir sungai. Tetapi sampai sekarang belum bisa terealisasi, sampai lahan pekarangan warga kian habis terkikis sungai. Seandainya sudah tersender, kerusakan rumah warga tidak akan separah itu,” kata Suastika.

Dia menambahkan, kini kondisinya makin mengkhawatirkan. Alur sungai makin melebar dan mengancam rumah-rumah warga. Setiap terjadi hujan, air di sungai dengan lebar 4-5 meter ini meluap dan menggerus daratan di tepian sungai hingga kian melebar.

Baca juga:  Di Atas 100 Orang, Tambahan Harian Kasus COVID-19 Bali Kembali Melonjak

“Dulu rumah dua warga kami ini tidak di bibir sungai. Bahkan masih cukup jauh sekitar 15 meter. Karena sungai tidak disender, aliran sungai terus menggerus lahan di depan rumahnya hingga rumahnya sendiri sekarang terancam. Sertifikat rumahnya itu 70 are, habis terkikis sungai,” imbuh Suastika.

Untuk menjamin keamanan warga, saat ini warga yang merasa rumahnya terancam, mengungsi ke rumah kerabat dan tinggal sementara di bagian emper rumahnya. Untuk membantu warganya, Suastika berencana mengajukan bantuan bedah rumah kepada pemerintah daerah. Jika dalam kondisi terburuk, rumahnya mereka ambruk, mereka masih punya tempat tinggal. Terlebih, Made Raka yang hidup tanpa didampingi suami, karena sudah meninggal.

Baca juga:  Masih Tahap Pengerjaan, Proyek Senderan Sungai Samblong Sudah Ambruk

“Selain itu, kenapa pembangunan senderan sungai ini mendesak, karena juga sudah banyak lahan-lahan pertanian juga ikut tergerus. Semoga BWS Bali-Penida bisa membantu kami merealisasikan usulan senderan sungai,” tutup Suastika. (Bagiarta/balipost)

 

BAGIKAN