
MANGUPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Beringkit menggelar ritual Mecaru Guru Piduka dan Bendu Piduka di Permata Residence, Lingkungan Gadon, Kelurahan Mengwitani, pada Minggu (14/9).
Ritual ini digelar pascabencana banjir besar yang mengakibatkan amblasnya sejumlah bangunan serta hilangnya satu keluarga beranggotakan tiga orang.
Bendesa Adat Beringkit, I Ketut Sutomo, menjelaskan bahwa upacara Mecaru Guru Piduka dan Bendu Piduka merupakan bentuk permohonan maaf kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) atas kesalahan manusia yang mungkin mengganggu keseimbangan alam.
“Ritual ini untuk menetralisir energi negatif dan menciptakan harmoni antara manusia dengan alam, serta memperkuat kerukunan antar sesama manusia,” ujar Sutomo.
Ia menambahkan, ritual juga ditujukan untuk mendoakan para korban agar segera ditemukan, baik dalam keadaan hidup maupun meninggal.
Hal senada disampaikan Perbekel Mengwitani, I Nyoman Suardana. Ia berharap doa bersama melalui ritual adat ini dapat membantu kelancaran proses pencarian. “Mudah-mudahan dengan digelar ritual ini, semoga ada titik terang dan korban bisa segera ditemukan,” ucapnya.
Namun, proses pencarian korban di lapangan tidak berjalan mudah. Nyoman Suardana mengungkapkan tim penyelamat menghadapi medan sulit, mulai dari kedalaman sungai, tumpukan sampah kayu, hingga aliran deras yang bermuara ke Pantai Mengwning, Cemagi. “Kalau untuk pencarian di lokasi kejadian (rumah longsor) sudah dilakukan tetapi belum juga ditemukan, perkiraan kami korban hanyut dibawa arus,” jelasnya.
Sementara itu, Toto Cahyono, adik kandung dari salah satu korban bernama Dewi Ratnawati, menuturkan bahwa pencarian masih dilakukan di aliran sungai, pantai, hingga reruntuhan rumah. “Kemungkinan besar kakak saya hanyut,” katanya lirih. Meski diliputi duka mendalam, keluarga menyatakan pasrah. “Kami pasrah, ikhlas, kami cuma ingin ketemu dalam kondisi apa pun,” tambah Toto.
Seperti diketahui, peristiwa banjir di Perumahan Permata Residence pada Rabu (10/9) telah menelan korban satu keluarga yang hingga kini belum ditemukan. Mereka adalah Rio Hatnar Boelan (56), Dewi Ratnawati Soenarjo (57), dan Riviere Timothy George Wicaksono Boelan (23). Laporan menyebutkan dua rumah amblas tergerus banjir, sementara satu rumah lain mengalami kerusakan fondasi.
Hingga berita ini diturunkan, tim gabungan masih terus menyisir area terdampak, baik di darat maupun perairan. Desa Adat Beringkit bersama warga berharap doa dan ritual adat dapat membawa jalan terang bagi keluarga korban sekaligus memulihkan harmoni alam pascabencana. (Parwata/Balipost)