Ilustrasi hasil tangkapan nelayan. (BP/Dokumen Antara)

TABANAN, BALIPOST.com – Ketua Paguyuban Nelayan Bali, I Ketut Arsana Yasa mengatakan di balik ancaman gelombang tinggi, harga hasil tangkapan nelayan mengalami peningkatan.

Ia mencontohkan harga Ikan layur di nelayan terus naik, dari Rp 40 ribu per kilogram, kemudian naik lagi Rp 60 ribu per kilogram dan terakhir sudah menyentuh Rp 100 ribu per kilogram.

Lonjakan harga ini dipicu karena layur menjadi salah satu komoditi ekspor yang diminati pasar Tiongkok dan Taiwan.

Baca juga:  Sejumlah Fraksi DPRD Gianyar Minta Tunda Bansos

Jenis ikan lainnya, diakui Arsana, seperti tenggiri, kerapu, dan bawal juga mengalami kenaikan permintaan karena diekspor melalui pengepul.

Pengepul ini langsung membeli ikan hasil tangkapan nelayan Tabanan, sehingga menjadi berkah tersendiri bagi nelayan Tabanan saat ini,” pungkas Arsana yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Tabanan ini.

Sebelumnya, nelayan di Kabupaten Tabanan diminta meningkatkan kewaspadaan menyusul peringatan dini gelombang tinggi yang dikeluarkan BMKG Wilayah III Denpasar.

Baca juga:  Prabowo Undang Mantan Presiden dan Wapres Halalbihalal di Istana Merdeka

Berdasarkan informasi resmi, gelombang tinggi diperkirakan terjadi di sejumlah perairan Bali mulai 21 hingga 24 Agustus 2025 dengan ketinggian bervariasi antara 2,5 hingga 4 meter.

Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Tabanan, I Gede Bogarada, mengimbau para nelayan untuk menunda aktivitas melaut, khususnya pada Sabtu (23/8) mendatang yang diperkirakan ketinggian gelombang laut berpotensi mencapai 4 meter.

Fenomena ini dipicu oleh fase bulan mati (bulan baru), dimana dapat memicu pasang air laut yang lebih tinggi. Ia mengaku sudah meneruskan imbauan melalui grup WhatsApp nelayan di Tabanan. “Kami minta mereka waspada atau menunda sementara waktu aktivitas melaut demi keselamatan,” ujarnya, Jumat (22/8). (Ngurah Manik/balipost)

Baca juga:  Cuaca Buruk di Selat Bali, Pikap Terguling Timpa Sejumlah Kendaraan di KMP Prathita
BAGIKAN