Kondisi los di kampung kuliner Serangan. Hingga saat ini, Desa Adat Serangan belum bisa mengoperasikan karena sejumlah kendala. (BP/may)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kampung kuliner Serangan yang berlokasi di Lapangan Wayan Bulit, di Desa Adat Serangan, Denpasar Selatan hingga saat ini belum beroperasi. Ini disebabkan karena sejumlah terkendala, terutama pendanaan untuk perbaikan sejumlah fasilitas. Hal ini diungkapkan Bendesa Adat Serangan, Nyoman Gede Pariartha, Jumat (22/8).

“Kemarin kita sudah serah terima dari Kota Denpasar dan Dinas Pariwisata kepada desa adat. Ini warisan kami, sebelum kami sudah bangun dan bagaimanapun juga ini tanggung jawab kami selaku desa adat,” ujarnya.

Diakui ada sejumlah kendala yang masih mengganjal beroperasinya kampung kuliner tersebut. Lokasi kampung kuliner yang sangat strategis tersebur tidak representatif untuk berjualan.

Bangunan konstruksi dan fasilitas pendukung los kuliner belum memadai seperti sumur bor yang airnya asin. Ia berharap ada sumber air dari PDAM untuk kampung kuliner ini.

Baca juga:  Digitalisasi Pupuk Bersubsidi Dorong Tata Kelola Subak

“Los kuliner sudah pernah dicoba dan ditempati saat Kuningan tiga bulan lalu. Ternyata airnya asin. Saya kira air PDAM,” ungkapnya.

Selain itu, tempat penyimpanan barang UMKM juga tidak ada sehingga tak bisa menyimpang barang di sana. “Jika mereka harus membawa dan mengangkut barang setiap hari, rasanya menyulitkan dan tidak efisien,” ujarnya.

Tempat untuk makan para pengunjung juga belum ada atap atau kanopinya, sehingga ketika makan siang hari dan disaat hujan, pengunjung tidak bisa makan. “Paling tidak ada kanopinya. Itu salah satu penyebab para pedagang tidak bisa tempati, padahal mereka sangat ingin berjualan,” terangnya.

Baca juga:  Sambut Lebaran, TPID Sebut Harga Pangan Stabil dan Stok Aman

Tata letaknya cukup bagus dan strategis tapi disisi lain bangunannya tidak representatif untuk berjualan. Menurutnya penetapan UMKM yang akan mengisi los telah dilakukan. Perencanaan awal, los kampung kuliner diisi oleh pedagang yang selama ini berjualan di warung- warung depan Pura Sakenan.

Selain kuliner berupa ikan bakar atau hasil laut, losnya juga rencananya diisi pedagang makanan khas Serangan lainnya seperti bulung (rumput laut), rujak, tipat cantok. Adapun jumlah los kuliner yang disediakan sebanyak 28. Ada juga bale bengong yang disediakan untuk tempat duduk.

Baca juga:  Terkendala Pemasaran, Pengembangan Beras Hitam Tersendat

Untuk mengoperasikan kampung kuliner, diakui pihaknya telah membuat pokja (kelompok kerja). Hanya saja perlu perbaikan bangunan serta penambahan beberapa fasilitas dan penunjang agar pengunjung nyaman makan di kampung kuliner. Hanya saja, saat ini Desa Adat Serangan tengah membangun Pura Kahyangan Segara sehingga pendanaan untuk penataan kampung kuliner, menunggu adanya modal dari sumber- sumber pendapatan desa adat.

Meski belum beroperasi, diakui desa adat tetap membayar listrik minimal Rp1 juta setiap bulannya. “Kalau desa adat punya dana yang cukup, mungkin kampung kuliner sudah beroperasi. Kami sebenarnya dituntut oleh dewan untuk bergerak, tapi kami perlu pendanaan untuk perbaikan sejumlah fasilitas,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)

 

BAGIKAN