DENPASAR, BALIPOST.com – Sampah, terutama sampah plastik telah menjadi ancaman bagi lingkungan termasuk di Bali saat ini. Upaya pengurangan sampah plastik terus diupayakan salah satunya membatasi penggunaan plastik saat transaksi. Namun, peran besar sebagai motivator sangat dibutuhkan. Hal tersebut terungkap dalam Gelar Wicara serangkaian Detox Plastik Festival yang digelar di Graha Yowana Suci, Minggu (10/8).

Dalam diskusi yang bertemakan “Menghidupkan Praktik Minim Plastik dalam Jajanan dan Tradisi Bali” menghadirkan tiga pemateri di antaranya, Yoga Adi Saputra dari Nuturang, Pelaku Usaha Laklak Bali Rama, I Gede Yota dan dari Plastik Detox Ani Yulinda.

Baca juga:  Pemerintah Bidik Keuntungan Rp 12 triliun dari Avtur Ramah Lingkungan

Yoga Adi Saputra dalam paparannya mengatakan, beberapa kemasan alami yang masih dipakai saat ini seperti daun pisang, daun kepala, daun aren, daun pinang hingga kulit jagung. “Di beberapa tempat seperti di Jawa masih ada juga yang menggunakan daun jati dan ada juga yang masih menggunakan daun kakao sebagai kemasan seperti tum (pepes),” terangnya.

Dia menuturkan  kemasan yang digunakan masyarakat pada zaman dahulu sangat menyatu dengan alam yang memanfaatkan bahan yang ada di sekitar. Demikian juga cara pembuangan yang disatukan dengan alam kembali.

Baca juga:  Jelang IMF-WB Annual Meeting, Polda Gencar Antisipasi Berita Hoax

Ketika inovasi plastik muncul, masyarakat dimudahkan namun tidak bersahabat dengan alam. Cara pembuangan sampah plastik pun masih menggunakan pola lama dengan sifat yang tidak ramah lingkungan.

Pelaku Usaha Laklak Bali Rama I Gede Yota mengatakan kemasan plastik dipilih karena biayanya lebih murah dari bahan alami, salah satunya daun.

Namun, dalam event PKB lalu, pihaknya mulai menggunakan daun sebagai kemasan karena adanya aturan mengenai pembatasan penggunaan kemasan plastik sekali pakai.

Sementara itu, Ani Yulinda dari Plastik Detox mengatakan, konsumen merupakan teman perjalanan dari Plastik Detox. Konsumen memiliki peran yang sangat kursial untuk mendukung pelaku usaha dalam mengurangi penggunaan plastik. “Mereka (konsumen) harus jadi motivator agar pelaku usaha jadi makin semangat dalam mengurangi penggunaan plastik,” ujarnya.

Baca juga:  Keramba Jaring Apung di Danau Batur Masih Memungkinkan Ditambah

Ditambahkannya, penggunaan plastik memang lebih murah. Namun, kerusakan yang ditimbulkan bagi lingkungan sangat tinggi jika tidak dikelola dengan baik. Hal ini yang menurutnya membutuhkan biaya yang lebih tinggi.

“Kami dari plastik detox melakukan pendekatan ke masyarakat bagaimana dampak yang ditimpulkan dari sampah yang mereka hasilkan. Intinya kami melakukan pencegahan dari awal penggunaan plastik,” imbuhnya. (Widiastuti/bisnisbali)

Tonton selengkapnya di video

BAGIKAN