
DENPASAR, BALIPOST.com – Bali kini memiliki motor pertumbuhan ekonomi baru melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur atau The Sanur.
Diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 25 Juni 2025, KEK ini menjadi KEK Kesehatan pertama di Indonesia yang memadukan layanan medis, wellness, dan pariwisata dalam satu kawasan terpadu seluas 41,2 hektare.
Dengan konsep International Health & Wellness Destination, KEK Sanur tidak hanya bertujuan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap layanan kesehatan luar negeri, tetapi juga dirancang untuk memberikan kontribusi nyata terhadap ekonomi lokal, khususnya di Pulau Dewata.
Sejak pengembangannya dimulai, KEK Sanur telah menyerap investasi sebesar Rp4,88 triliun dari 13 pelaku usaha. Investasi ini bukan hanya memperkuat infrastruktur, tetapi juga membuka peluang kerja dan pasar baru bagi masyarakat lokal.
Hingga pertengahan tahun 2025, sebanyak 4.031 tenaga kerja telah terserap, dengan 864 di antaranya berasal dari Sanur dan wilayah Bali.
KEK ini ditargetkan menyerap hingga 18.375 tenaga kerja pada tahun 2045, memberikan multiplier effect yang signifikan terhadap struktur ekonomi regional Bali.
“Kami memproyeksikan KEK Sanur dapat membuka kesempatan ribuan lapangan kerja baru dan mendorong peningkatan jumlah wisatawan mancanegara untuk berwisata dan berobat ke Indonesia,” ujar Maya Watono, Direktur Utama InJourney dalam keterangan tertulisnya.
Mendorong UMKM dan Ekonomi Rakyat
Salah satu fokus utama KEK Sanur adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal melalui dukungan terhadap UMKM. Sentra UMKM Natah Antakara yang berada di dalam kawasan KEK dibangun untuk menampung 49 kios UMKM dan 1 balai nelayan, dengan desain arsitektur khas Bali.
Inisiatif ini memberikan ruang promosi dan pemasaran langsung kepada pelaku usaha kecil, serta memperkuat rantai pasok lokal.
InJourney Hospitality juga meluncurkan program pelatihan InJourney Creative House untuk meningkatkan daya saing UMKM Bali melalui pelatihan inovasi produk, teknik display, dan strategi pemasaran.
Sebagai destinasi wisata kesehatan, KEK Sanur menargetkan menarik 123.000 hingga 240.000 pasien setiap tahunnya pada 2030, termasuk mereka yang selama ini mencari layanan medis di luar negeri. Ini berpotensi menghemat devisa negara hingga Rp86 triliun dan menciptakan tambahan devisa sebesar Rp19,6 triliun dalam periode 2022–2045.
Selain itu, hadirnya fasilitas bertaraf internasional seperti Bali International Hospital, The Meru Sanur, Bali Beach Hotel, dan Bali Beach Convention Center memperkuat posisi Bali sebagai destinasi utama di Asia Tenggara, tak hanya untuk liburan, tetapi juga untuk penyembuhan dan pemulihan.
Pelibatan Seniman dan Industri Kreatif Lokal
Kontribusi KEK Sanur terhadap ekonomi Bali tidak hanya berhenti di sektor medis dan pariwisata. Kehadiran karya seni dari seniman lokal, seperti patung Legong Classic karya I Gede Sarantika dari Desa Mas, dan ornamen ukiran dari Desa Sumita Gianyar, membuktikan bahwa sektor kreatif juga menjadi bagian dari ekosistem The Sanur.
Produk lokal lainnya, seperti mebel, dekorasi, dan bahan pangan, juga digunakan oleh hotel-hotel di kawasan KEK, memastikan bahwa pelaku usaha kecil di Bali ikut tumbuh bersama KEK Sanur.
“Melalui pemanfaatan karya seni serta produk lokal, The Sanur tidak hanya menjadi destinasi kelas dunia, tetapi juga etalase potensi karya bangsa,” ungkap Christine Hutabarat, Direktur Utama InJourney Hospitality.
Dengan segala potensi dan program yang telah dijalankan, KEK Sanur bukan hanya menjadi simbol transformasi sektor kesehatan Indonesia, tetapi juga katalis ekonomi baru bagi Bali yang sempat terpukul akibat pandemi COVID-19.
Melalui sinergi antara investasi, pariwisata, kesehatan, UMKM, dan budaya lokal, KEK Sanur diharapkan menjadi model pembangunan inklusif dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi Bali. (kmb/balipost)