
DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Sabtu (12/7), pencarian korban KMP Tunu Pratama Jaya kembali diperpanjang untuk kedua kalinya.
Operasi pencarian dan pertolongan (SAR) korban kapal tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya memperpanjang mulai Sabtu (12/7) hingga Senin (14/7) seiring dengan ditemukannya dua mayat diduga korban kecelakaan laut tersebut pada Jumat (11/7).
Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan Kesiapsiagaan Basarnas Ribut Eko Suyanto menjelaskan perpanjangan operasi SAR ini selain karena pertimbangan kemanusiaan juga masih ada sejumlah korban belum ditemukan serta sesuai aturan dalam operasi SAR.
Data Posko Operasi SAR dan Potensi SAR Gabungan di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi menyebutkan hingga Jumat malam jumlah korban selamat tercatat 30 orang, 17 korban ditemukan meninggal (2 proses identifikasi) dan 25 korban lainnya masih dinyatakan hilang dan dalam pencarian.
Jika dirunut ke belakang, KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam pada Rabu (2/7).
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pun telah melakukan investigasi terkait insiden ini.
Ada sejumlah temuan awal yang disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Sub Komite Keselamatan Pelayaran KNKT Anggiat PTP Pandiangan dalam Rapat Kerja Komisi V DPR RI di Jakarta, Selasa (8/7).
Berikut rangkuman 5 faktanya dikutip dari Kantor Berita Antara:
1. Pintu Kamar Mesin Diduga Jadi Penyebab Utama
KNKT menduga air laut masuk ke dalam kapal melalui pintu akses ke kamar mesin yang seharusnya selalu tertutup saat berlayar.
Sayangnya, pintu ini ditemukan dalam kondisi terbuka ketika kapal sedang menghadapi gelombang setinggi 2–3 meter.
Air pun masuk dengan mudah ke geladak kapal hingga membuat kapal miring ke kanan.
2. Freeboard Rendah, Muatan Berat, Risiko Bertambah
Kapal Ro-Ro seperti KMP Tunu Pratama Jaya memiliki freeboard (jarak antara permukaan air laut ke geladak kapal) yang rendah.
Saat muatan berlebih, posisi kapal makin dalam ke air, sehingga air laut semakin mudah masuk ke geladak jika pintu tidak tertutup rapat.
KNKT menegaskan hal ini memperparah situasi.
3. Kronologi Tenggelamnya
Berdasarkan keterangan awak dan penumpang selamat, kapal mulai memuat kendaraan pukul 22.15 WIB di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Lalu, pada pukul 22.45 WIB, proses pemuatan selesai dilakukan. Kemudian pada pukul 22.51 WIB, KMP Tunu Pratama Jaya mulai bertolak ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Ketika kapal bertolak, tidak ada anomali atau kemiringan atau keadaan yang tidak biasa.
Mesin beroperasi dengan normal, visibilitas atau jarak pandang juga cukup baik, tidak ada hujan dan tidak berkabut.
Namun, setelah sekitar 30 menit pelayaran, penjaga di anjungan, merasakan kemiringan kapal ke sebelah kanan.
Lalu, juru mudi jaga dan kelasi jaga melihat air laut masuk ke kamar mesin melalui pintu kamar mesin. Juru minyak segera berlari keluar dari kamar mesin.
Sedangkan mualim jaga memerintahkan awak kapal untuk membantu penumpang mengenakan lifejacket dan persiapan evakuasi.
4. Nahkoda Tak Pegang Kemudi
Terungkap bahwa nahkoda tidak memegang kemudi dan dibangunkan mualim jaga saat kemiringan kapal terjadi.
Kapten segera mengambil alih kemudi dan memancarkan berita mara bahaya di radio frekuensi 16.
Sayangnya, kendaraan di dek belakang bergeser ke sisi kanan sehingga kemiringan kapal makin parah dan kapal pun karam dengan bagian buritan lebih dulu.
5. Evakuasi Terkendala Cahaya Minim
Beberapa kapal lain di sekitar lokasi, seperti Gilimanuk I dan Tunuh Pratama 3888, berusaha menolong.
Kapal di sekitar lokasi mencoba menyorot lampu ke arah Tunu Pratama Jaya, namun kesulitan untuk mengenali objek terapung karena dalam kondisi gelap.
KMP Tunu Pratama Jaya mengangkut 53 penumpang, 12 kru, dan 22 kendaraan saat musibah terjadi.
KNKT menegaskan investigasi belum berakhir karena faktor kelebihan muatan juga sedang didalami untuk menemukan penyebab pasti insiden ini. (Diah Dewi/balipost)