
DENPASAR, BALIPOST.com – Namanya Putu, dari Yayasan Bunga Bali. Sejak usai 21 tahun ia tiba- tiba mengalami kelumpuhan saat berenang. Hingga lewat 1,5 tahun dan kini usianya 22 tahun, kelumpuhan tersebut masih dialaminya.
Meski dapat berdiri dan berjalan, namun ia memerlukan alat bantu tongkat. Itupun tak bisa bertahan lama. Putu akhirnya memutuskan untuk tak menyia-nyiakan hidupnya. Meski mengalami keterbatasan, ia berusaha untuk bangkit dengan bergabung di Kelompok Usaha Bersama (Kube) Gantari Jaya, Graha Nawasena, milik Pemkot Denpasar.
Meski dari Singaraja, namun ia diterima baik di Graha Nawasena. Ia membutuhkan ruang untuk berkembang di tengah keterbatasan. Meskipun penyandang disabilitas kerap dipandang sebelah mata sebagai orang tak berdaya. Namun tak semua penyandang disabilitas menerima stigma tersebut bahkan mengurungkan niatnya untuk bangkit.
Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Gantari Jaya I Nyoman Juniarta, Rabu (9/7) menuturkan, Kube Gantari Jaya, di Graha Nawasena ini menjadi wadah bagi penyandang disabilitas agar dapat memiliki usaha sendiri dan hidup mandiri. Menurutnya ini adalah salah satu ruang representatif yang diberikan pemerintah Denpasar agar penyandang disabilitas dapat bangkit membangun usahanya.
Di Graha Nawasena ada beragam pajangan produk disabilitas seperti baju, dupa, kerajinan tangan, tas, makanan ringan, dan juga tersedia cafe kopi.
Ada sekitar 60 UMKM disabilitas yang tergabung di dalamnya diantaranya dari anggota Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni), gerakan kesejahteraan tuna rungu Indonesia (Gerkatin), Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Denpasar.
Diantara mereka, ada yang mendapatkan kedisabilitasnnya sejak kecil, ada yang puluhan tahun, belasan tahun, bahkan ada yang baru 1,5 tahun mengalami disabilitas. “Graha Nawa Sena adalah, rumah harapan bagi kami, apapun jenis disabilitasnya,” ujarnya.
Dengan keterbukaan ruang tersebut, tak heran penghuninya pun terus meningkat. Dari tahun 2022 yang hanya ada 22 UMKM, 2023 meningkat menjadi 40, dan 2025 ada 60 UMKM tergabung di Graha Nawa Sena.
“Semoga ruang-ruang seperti ini dapat menjadi contoh kepala daerah kabupaten, provinsi lain. Karena kita merasa dirangkul banget. Ada dari Mengwi datang kesini, bahkan event Denpasar seperti Denfest juga kita diundang,” tuturnya.
Di Kube tersebut menurutnya tidak membeda-bedakan orang yang ingin bergabung. Asal punya semangat hidup dan mau berusaha, maka Kube ini bisa menjadi wadahnya.
Selain ruang, penyandang disabilitas juga membutuhkan dukungan moral dari pemerintah dan masyarakat. “Kami perlu ruang yang luas, ruang lebih banyak untuk berkreasi dan memperkenalkan diri seperti di Denpasar ini. Kalau Denpasar Festival pasti kita dilibatkan, mungkin festival- festival yang lain, agar kami juga diberi ruang,” ujarnya.
Dengan ruang tersebut menurutnya akan membuka mindset masyarakat bahwa penyandang disabilitas juga mampu. (Citta Maya/Balipost)