DENPASAR, BALIPOST.com – Generasi pembuat layangan di Bali sangat menggembirakan. Buktinya, lima kelompok sekaa atau komunitas Teruna sangat kreatif mengikuti Jantra Tradisi Bali, Pacentokan atau Lomba Membuat Layangan Bebean di Halaman Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Selasa (1/7).
Mereka membuat layangan bebean, jenis layang-layang tradisional Bali yang berbentuk ikan. Mereka tampak cekatan merakit layangan yang perlengkapannya telah disiapkan dari rumah.
Perwakilan Komunitas Seni Bedu Tim, I Made Leo Wijana mengaku senang dan bangga diberikan ruang di dalam mengekspresikan kemampuan membuat layang-layang.
Ajang ini, tak hanya memberikan kesempatan untuk menghibur diri, khususnya dalam membuat layang-layang, tetapi juga sebagai ajang pembelajaran budaya leluhur.
Di sana ada pakem, simbol dan makna yang mesti diketahui untuk bisa membuat layang-layang yang benar.
Layang-layang bebean memiliki ciri khas bentuk yang menyerupai ikan, lengkap dengan kepala, badan, kaki, dan kepes atau gleber, potongan kain seperti bendera di sisi kanan dan kirinya.
Layangan bebean, salah satu dari tiga jenis layangan tradisional Bali yang populer, selain layangan pecukan dan janggan.
Dewan Juri, I Wayan Duduk Puriraharja mengatakan, lomba membuat layang-layang kali ini ada peningkatan dari tahun sebelumnya, jika dilihat dari kreativitas.
Lomba ini, berkesinambungan dari tahun sebelumnya.
Peserta lomba tahun ini didominasi dari Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Jika dulu, orang yang mampu membuat dan menaikan layang-layang itu hanya orang-orang tertentu, kini sudah biasa dilakukan oleh masyarakat umum, terutama anak-anak muda.
Sedangkan Dewan Juri, I Made Ruta menyebutkan orang yang bermain layang-layang terkadang tidak tahu persis filosofi, makna dan tujuan dari layang-layang itu. Karena itu, dengan adanya lomba layang-layang ini secara tidak langsung orang yang terlibat dalam membuatnya, harus memahami sistem konstruksi, filosofi dan makna dari layangan itu.
Dari awal lomba sampai akhir, anak-anak muda ini cukup memahami dan mendalami filosofidari pada permainan layang-layang ini. Layangan itu, tidak hanya sebagai sekedar hiburan, tetapi juga ada pengetahuannya.
Ruta berharap lomba ini tidak hanya membuat dan memfungsikan layang-layang, tetapi juga bisa memperagakan dengan menaikkannya. (Ketut Winata/balipost)