Tapakan Ratu Ketut Sangut dipentaskan di Pura Sada, Pacung. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sesuhunan Ratu Ketut Sangut adalah salah satu tapakan sakral yang dihormati masyarakat Banjar Pacung, Desa Adat Blahkiuh, Kabupaten Badung.

Berwujud tokoh punakawan dalam pewayangan, kehadiran beliau tidak hanya menarik dari sisi budaya, namun juga mengandung makna spiritual yang mendalam.

Berikut lima fakta mengenai asal-usul dan peran Ratu Ketut Sangut dalam tradisi Bali.

1. Berasal dari Tokoh Pewayangan Sangut

Tokoh Sangut dikenal sebagai punakawan yang jenaka, namun menyimpan kebijaksanaan rakyat. Dalam dunia pewayangan Bali, Sangut sering muncul bersama Delem sebagai pelengkap humor dalam kisah Mahabharata. Namun di balik candanya, Sangut dipercaya mewakili suara nurani dan kebenaran dari kalangan bawah. Hal ini yang menjadi dasar spiritual pengangkatan Sangut sebagai sesuhunan.

Baca juga:  Tujuh WNA Diamankan saat Jagratara, Dua Diduga Terlibat Prostitusi

2. Dipercaya Hadir Lewat Pawisik

Warga Pacung meyakini bahwa keberadaan Ratu Ketut Sangut diawali oleh pawisik, yakni petunjuk niskala berupa mimpi atau penglihatan spiritual. Dari pawisik itulah, masyarakat kemudian membuat tapakan dan menstana Sangut di Pura Sada sebagai Ratu Ketut Sangut—gelar “Ratu” menunjukkan kemuliaan, dan “Ketut” merepresentasikan urutan kelahiran keempat dalam sistem penamaan Bali.

3. Menjadi Bagian dari Empat Sesuhunan Utama

Di Pura Sada, Ratu Ketut Sangut menjadi satu dari empat tapakan utama bersama:

  • Barong Asu (merah)
  • Rangda Untu Lantang (putih)
  • Barong Bangkal (hitam)
  • Ratu Ketut Sangut (kuning)
Baca juga:  Nama Pemenang Doorprize Sosialisasi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali"

Keempatnya melambangkan brumbun atau mancawarna, yaitu konsep empat warna suci dalam spiritualitas Bali. Keberadaan mereka mencerminkan keseimbangan unsur alam dan arah mata angin, serta memperkuat harmoni sakral di wilayah pura.

4. Tedun saat Piodalan dan Ikut Napak Pertiwi

Saat upacara piodalan, Ratu Ketut Sangut “tedun” (turun ke dunia) dalam bentuk tapakan dan ikut dalam napak pertiwi—prosesi keliling desa untuk memberkati wilayah dan masyarakat. Karakter Sangut yang lucu tetap dipertahankan dalam pertunjukan sakral ini, namun esensinya tetap sebagai pelindung dan pembawa pesan spiritual.

Baca juga:  Bali Miliki 3.000 Anak Terlantar

5. Terhubung dengan Sejarah Lokal Desa Blahkiuh

Desa Blahkiuh dahulu dikenal sebagai Singasari, yang kemudian berganti nama setelah adanya dinamika kekuasaan di bawah I Gusti Agung Ngurah. Pergantian nama dan kepemimpinan ini membentuk sistem adat dan spiritual desa, termasuk dalam pengangkatan sesuhunan seperti Ratu Ketut Sangut yang merepresentasikan nilai-nilai kerakyatan dan keseimbangan dalam tradisi Bali.

BAGIKAN